Hanya menyampaikan point presentasi ketika Anda memberikan presentasi tidaklah cukup.

Mengapa ?

Karena presentasi yang hanya terdiri dari point-point presentasi akan terasa kering dan membosankan untuk didengarkan. Selain itu, presentasi Anda juga tidak akan persuasif.

Untuk itu, Anda memerlukan bukti yang dapat mendukung point atau pesan presentasi Anda.

Dalam postingan sebelumnya, telah dijelaskan berbagai bukti yang dapat Anda gunakan untuk mendukung point atau pesan presentasi Anda, yaitu cerita, contoh, statistik, dan endorsement.

Selain keempat bukti tersebut, ada satu bukti lainnya yang perlu Anda ketahui untuk mendukung point atau pesan presentasi, yaitu analogi.

David Pranata dalam bukunya Speak With Power menjelaskan bahwa analogi adalah sebuah teknik yang yang dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu hal atau konsep yang sudah diketahui sebelumnya oleh audiens.

Analogi bisa dikatakan semacam perumpamaan. Audiens akan lebih mudah menerima suatu informasi baru jika Anda mengkaitkan dengan konsep yang sudah ada di pikiran mereka sebelumnya.

Jamil Azzaini dalam bukunya Speak to Change menyebutkan bahwa sebuah analogi bisa menjadi lebih bernyawa jika Anda bisa menghidupkannya. Ajak audiens memikirkan apa yang Anda pikirkan. Ajak audiens membayangkan apa yang Anda bayangkan.

Lebih lanjut jika Anda memiliki point atau pesan presentasi yang memperkenalkan konsep-konsep yang baru atau kompleks kepada audiens Anda, maka pada saat itulah Anda dapat menggunakan analogi untuk mendukung point atau pesan presentasi Anda. Kekuatan analogi akan membantu audiens Anda memahami konsep yang tidak dikenal atau kompleks bagi mereka.

Ketika audiens telah memahami sebuah konsep yang sudah dikenal, maka Anda menunjukkan bagaimana konsep baru itu serupa dengan konsep yang sudah dikenal oleh audiens, sehingga sebagai hasilnya audiens Anda akan lebih mudah memahami konsep baru tersebut. Begitulah analogi bekerja. Jadi, jika dalam presentasi, Anda menjelaskan sesuatu yang baru dan asing, maka Anda dapat mempertimbangkan penggunaan analogi yang dapat membantu Anda menjelaskan point atau pesan presentasi Anda.

Sebagai contoh, Anda akan menjelaskan mengenai fungsi hard disk kepada audiens yang benar-benar baru dalam dunia komputer. Ketika Anda menjelaskan bahwa hard disk adalah sebuah barang yang terbuat dari logam, bentuknya kotak, dan disematkan di dalam komputer, maka audiens Anda akan kebingungan untuk memahami apa yang Anda jelaskan.

Namun, jika Anda menggunakan analogi, maka audiens Anda akan lebih mudah memahaminya. Anda dapat menggunakan sebuah gudang sebagai analogi dari hard disk.

Kita berasumsi bahwa gudang adalah sebuah konsep yang telah diketahui oleh audiens. Untuk itu, Anda dapat mengatakan, “Hard disk itu seperti sebuah gudang. Hanya saja jika gudang yang disimpan adalah barang, maka untuk hard disk yang disimpan adalah data”. Dengan cara ini, maka audiens Anda akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik.

Untuk menggunakan analogi dalam mendukung point atau pesan presentasi Anda, maka ada 2 sumber bukti dan 3 jebakan penggunaan analogi yang perlu Anda ketahui.

Mari kita bahas satu per satu.

Sumber Bukti Analogi # 1 : Di Pikiran Anda

Membuat analogi adalah proses kreatif yang terkadang membutuhkan waktu. Sangat berguna untuk mengunggulkan otak Anda dengan melihat point atau pesan presentasi Anda dan memutuskan mana yang akan dilayani dengan baik oleh analogi. Maka Anda mungkin menemukan bahwa ketika Anda keluar berjalan-jalan, mandi atau duduk di sebuah taman, bisa jadi sebuah analogi muncul di benak Anda. Jika ya, cobalah untuk merekamnya dengan cara tertentu, sehingga analogi tersebut tidak hilang dari ingatan Anda.

Sumber Bukti Analogi # 2 : Di Google

Tony Burns dan Olivia Mitchell yang menjalankan program Nail That Presentation menjelaskan bahwa jika Anda macet atau Anda butuh untuk mendukung point atau pesan presentasi Anda dengan menggunakan analogi dengan cepat, maka Google dapat menjadi teman Anda. Pada fitur pencarian di Google tuliskan konsep baru yang Anda ingin jelaskan plus kata “analogi”. Lihatlah hasilnya dengan pikiran terbuka. Mungkin Anda akan menemukan ide disana. Tetapi, Anda harus menggalinya lebih dalam.

Disamping sumber dimana Anda dapat menemukan analogi, maka Anda juga perlu mengetahui tiga perangkap jebakan yang harus Anda hindari ketika menggunakan analogi.

Jebakan Penggunaan Analogi # 1 : Analogi Yang Sulit Dipahami Audiens

Hindari menggunakan konsep sebagai analogi dalam mendukung point atau pesan presentasi yang terlalu sulit untuk dipahami oleh audiens. Buatlah analogi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh audiens Anda. Gunakanlah bahasa-bahasa yang sederhana yang sehari-hari digunakan oleh audiens Anda.

Jebakan Penggunaan Analogi # 2 : Analogi Yang Tidak Familiar Bagi Audiens

Karena analogi bekerja dengan merujuk pada sesuatu yang akrab bagi audiens, maka pastikan analogi Anda merujuk pada sesuatu yang telah mereka kenal. Misalnya, jika Anda memberikan presentasi kepada orang-orang yang tidak rutin menggunakan internet untuk berbelanja, maka penggunaan analogi untuk membeli buku di Amazon.com mungkin tidak akan berhasil.

Jebakan Penggunaan Analogi # 3 : Analogi Yang Sebelumnya Pernah Dikenalkan Kepada Audiens

Banyak analogi telah menjadi klise. Analogi menjadi klise karena mereka bekerja. Namun, Anda perlu variasi dan kebaruan dalam presentasi Anda untuk melibatkan audiens Anda. Jika mereka telah mendengar analogi itu berkali-kali sebelumnya, maka Anda akan kehilangan kesempatan untuk mengejutkan dan melibatkan mereka.

Demikianlah, 2 sumber bukti dan 3 jebakan penggunaan analogi yang perlu Anda ketahui untuk mendukung pesan presentasi Anda.

Untuk menggunakan analogi dalam presentasi Anda sebagai bukti pesan presentasi, coba lihat point presentasi Anda dan pertimbangkan dimana Anda dapat menggunakan analogi sebagai bukti untuk memperkuat point presentasi tersebut. Jika point presentasi Anda rumit atau asing bagi audiens Anda, maka penggunaan analogi akan menjadi alat yang terbaik untuk membantu audiens Anda memahami point tersebut dengan menggunakan sebuah konsep yang telah mereka kenal.