Setiap orang suka cerita, karena kita manusia. Tetapi, banyak dari kita kesulitan untuk memasukkan storytelling ke dalam presentasi kita.
Malahan, kita hanya memanfaatkan konten yang ada untuk menyusun materi presentasi kita. Kita mengambil slide presentasi kita yang terakhir sebagai titik awal untuk menyiapkan materi. Kita masukkan bullet points dengan kalimat yang panjang. Kita masukkan setiap chart yang kita temukan.
Dan hasilnya sangat mengerikan. Kita membuat audiens kita bingung. Tidak ada pesan yang jelas atau dorongan bagi audiens untuk melakukan tindakan. Dan, akhirnya kita kehilangan kesempatan untuk mempengaruhi keputusan dan menggerakkan bisnis kita untuk maju atau program kita diterima oleh audiens kita.
Pendekatan storytelling yang ditunjang oleh data dan visual dapat Anda gunakan dalam menyusun presentasi Anda untuk memudahkan audiens Anda mengingat pesan yang Anda sampaikan dan membantu mereka untuk mengambil keputusan.
Kurnoff dan Lazarus (2021) mengatakan bahwa storytelling digunakan secara luas sebagai sebuah cara untuk menjual ide.
Banyak neuroscientist (ahli saraf) mengungkapkan bahwa untuk mengambil keputusan kita tidak hanya menggunakan otak kiri atau kanan saja, tetapi kita menggunakan dua-duanya.
Storytelling memicu otak kiri dan kanan. Otak kiri kita seperti filling cabinet (rak penyimpan informasi). Ia mencari pola dan menyesuaikan informasi baru yang masuk dengan informasi yang ada atau diketahui. Sehingga, ketika banyak fakta dan data dimasukkan ke dalamnya, maka otak kiri kita mencoba untuk memproses semuanya, tetapi akhirnya otak kiri kita kelebihan beban. Pada titik itu, tidak ada informasi yang dapat diingat.
Coba Anda ingat kembali pada presentasi yang Anda hadiri baik secara daring maupun luring dimana presenter membanjiri Anda dengan berbagai jenis chart, table dan bullet points dengan kalimat yang panjang. Berapa banyak pesan yang dapat Anda ingat ?
Sebaliknya, jika presenter menyampaikan presentasinya dalam bentuk cerita, maka besar kemungkinan Anda akan mengingatnya.
Anda jauh lebih mudah untuk mengingat cerita karena cerita akan mengaktifkan otak kanan Anda. Otak kanan Anda mengijinkan Anda untuk memasukkan informasi baru, kemudian merasakan dan membayangkan sesuatu.
Otak kanan Anda akan mengaktifkan proses kreatif Anda dimana Anda mulai membayangkan sesuatu melebihi apa yang sudah ada di rak penyimpanan informasi mental Anda.
Dan, ketika Anda menyampaikan cerita yang ditunjang oleh data dan visual, maka hal tersebut akan mengaktifkan sisi logis (otak kiri Anda) dan sisi kreatif (otak kanan Anda).
Kurnoff dan Lazarus (2021) menyebutkan bahwa Jennifer Aaker, professor Stanford Business School melakukan sebuah test pada mahasiswanya. Satu per satu mahasiswanya diminta untuk memberikan presentasi untuk menyampaikan sebuah gagasan. Satu dari sepuluh mahasiswanya menggunakan cerita dalam menyampaikan gagasannya. Dan mahasiswa lainnya menyampaikan gagasan murni dengan fakta dan angka. Setelah itu, mahasiswanya diminta untuk menuliskan apa yang mereka ingat. Hasilnya mengejutkan. Hanya 5 % mahasiswa dapat mengingat angka, tetapi 63 % mahasiswa bisa mengingat cerita. Artinya, lebih dari sepuluh kali mahasiswa dapat mengingat cerita dibandingkan angka.
Selain itu, McGilchrist (2019) menjelaskan bahwa kita terlalu mengkodifikasi dunia kita. Dorongan untuk mensistematiskan segala sesuatu mengaktifkan otak yang kiri yang memproses informasi secara logis. Tetapi, McGilchrist berpendapat obsesi tersebut menghalangi lompatan transformasional yang didorong oleh imajinasi kita.
Itulah yang menyebabkan salah satu masalah utama di tempat kerja kita.
Kita terlalu mempercayakan pada data, angka dan statistik untuk berkomunikasi. Alih-alih membantu ide-ide cemerlang dikenali, data malah menghalanginya. Kita mengarahkannya kepada pembuat keputusan dan mengatakan “buatlah keputusan”.
Jika Anda belum yakin dengan sains yang menunjukkan bagaimana menyuntikkan emosi untuk menjual ide Anda dan bagaimana data yang berlebihan menghambat penerimaan Anda, mari kita lihat temuan Medina (2014).
Temuannya menunjukkan cara lain untuk membawa emosi dan perhatian kepada narasi, yaitu visual. Medina (2014) menyebutkan bahwa visual sangat penting untuk memacu emosi kita. Jika visual dipadupadankan dengan baik dengan cerita, maka mereka akan membuat pesan Anda tertanam di memori audiens Anda.
Medina (2014) juga menjelaskan bahwa jika Anda mendengar sepenggal informasi, maka tiga hari kemudian Anda akan mengingat 10 % dari informasi tersebut. Jika informasi tersebut Anda tambah gambar untuk menguatkannya, maka Anda akan mengingat 65 % nya.
Hal itu enam kali lebih diingat jika Anda menyampaikan ide Anda secara visual. Anda bayangkan berapa banyak visual akan membantu ketika Anda menemui pengambil keputusan pada rapat kesembilannya pada hari itu.
Demikianlah, storytelling dengan data dan visual sangat penting bagi presentasi Anda, karena mereka memudahkan audiens Anda untuk mengingat pesan presentasi Anda dan membantu mereka untuk mengambil keputusan.
Tetapi, perlu kita ingat tentang visual. Salah satu hal yang kita perlu berjuang dalam aktifitas kampus ataupun kantor adalah penggunaan visual yang berlebihan ketika mempresentasikan data. Kita sering memasukkan banyak chart dan table untuk menambah bobot pesan yang kita jual kepada audiens kita.
Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.
Siap, trimakasih ilmunya pak. Sangat baru bagi saya.
Sama2 Bu Risma.
Semakin memperjelas maksud dan tujuan,terima kasih
terima kasih pak atas ilmu yang telah dibagikan, sangat bermanfaat dan dapat diaplikasikan dengan mudah
Sama2 Bu Linda.
Sama2 Pak Temanta.
terima kasih pak.. ilmu yang sangat bermanfaat
Sama2 Pak Briegel.
Siap dan Terima kasih 🙏
storytelling, luar biasa.
kelihatan lebih mudah menanamkan daya ingat dibanding data yang baru.
yerima kasih ilmunya.
Sama2 Bu Noneng.
Sama2 Bu Mutiara.
terima kasih pak ilmunya
Sama2 Bu Savira.
Terimakasih telah berbagi ilmunya Pak
Sama2 Bu Rimenda.
Siap dan terimakasih pak
Sama2 Bu Binaria.
Sangat menarik sekali mudah dipahami dan menambah wawasan. Terima Kasih
Sama2 Pak Tesar.
Terimakasih pak. ilmu yang bermanfaat sekali
Sama2 Bu Aliya.
Mantap Pak Erry, makasih banyak sharing ilmunya yang sangat luar biasa
Sama2 Bu Een.
Untuk judulnya menarik, karena sekarang era digital dalam presentasi dengan story telling memang dibutuhkan data krn lbh factual, mempertajam, serta lbh meyakinkan, sedangkan visual adalah menunjang data, dengan fakta yang ada dan terjadi saat pengambilan data tsb serta menujukkan hasil dari data.
Terima kasih atas insightnya Bu Indah.
Good insight pak Erry
Semoga dapat bermanfaat Pak Rahmandika.
Terimakasih pak atas ilmu yang belum pernah saya pikirkan
Sama2 Pak Refi.
Alhamdulillah Barokalloh terima kasih atas pencerahannya sangat membantu
Sama2 Pak Aang.