Tiga Komponen Penting Dalam Komunikasi Publik Yang Efektif

Nagesh Belludi (2008) menyebutkan bahwa jika kita berbicara tentang komunikasi, maka banyak orang mengutip sebuah riset yang dilakukan oleh Prof. Albert Mehrabian dari University of California, Los Angeles. Riset tersebut menjelaskan bahwa dalam komunikasi besarnya pengaruh dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut :

  • Verbal (kata-kata) 7 %
  • Visual (bahasa tubuh) 55 %
  • Vokal (intonasi suara) 38 %

Dengan memperhatikan informasi ini mungkin Anda berkomentar, “ternyata dalam komunikasi (bahasa tubuh dan intonasi suara) memegang peranan besar yang kalau keduanya dijumlahkan mencapai 93 %. Jika saya melakukan presentasi asalkan bahasa tubuh dan intonasi suara sudah sesuai, maka kata-kata nggak penting-penting amat karena kata-kata hanya 7 %.

Komentar tersebut menunjukkan bahwa banyak orang yang kurang tepat memaknai hasil riset tersebut. Maksud dari hasil riset tersebut adalah jika terjadi ketidaksinkronan dalam berkomunikasi, maka yang dipercaya adalah faktor yang mempunyai persentase yang lebih besar.

Sebagai contoh, jika Anda mengatakan pada audiens, “Aku tidak punya masalah denganmu!” sambil Anda menghindari kontak mata, terlihat cemas, dan mempertahankan bahasa tubuh yang tertutup, maka audiens Anda tidak akan mempercayai Anda. Mereka lebih percaya pada apa yang mereka tangkap melalui bahasa tubuh Anda.

Demikian juga halnya, ketika Anda mengatakan pada audiens “saya merasa senang berada disini”, akan tetapi dalam menyampaikannya nada suara Anda terdengar datar dan tidak bersemangat, maka audiens juga tidak akan percaya. Mereka akan lebih percaya pada interpretasi dari intonasi suara Anda yang terkesan datar dan tidak semangat.

Oleh karena itu, dalam komunikasi termasuk komunikasi publik, maka Anda harus memperhatikan tiga komponen komunikasi, yaitu verbal, visual dan vokal.

Mari kita bahas satu per satu tiga komponen komunikasi tersebut.

Komponen # 1 : Verbal.

Verbal ini adalah kata-kata atau pesan yang Anda sampaikan dalam komunikasi publik. Jika Anda diminta untuk menyampaikan sebuah topik tertentu, maka Anda perlu menyusun pesan yang perlu Anda sampaikan terkait topik tersebut.

Ada tiga bagian yang perlu Anda persiapkan, yaitu pesan pada bagian pendahuluan, isi dan penutup. Dalam bagian pendahuluan, Anda perlu membuat pesan yang menarik. Untuk ini, Anda bisa menggunakan data, cerita, permainan kata, dan kutipan (quotes).

Untuk bagian isi, Anda perlu membuat pesan yang bermakna. Anda bisa menggunakan kerangka yang bersifat kronologis (dulu, sekarang, ke depan), tiga point (tiga cara, tiga strategi, tiga langkah, dan sebagainya), dan struktur why, what, how.

Sementara itu, dalam bagian penutup, Anda perlu membuat pesan yang berkesan. Anda bisa menyampaikan ringkasan dari apa yang telah Anda sampaikan dan dilanjutkan dengan call to action. Dalam call to action ini, Anda meminta audiens Anda melakukan apa yang telah Anda sampaikan.

Pesan yang Anda jelaskan dalam bagian pendahuluan, isi, dan penutup mesti relevan dengan topik yang Anda bawakan.

Komponen # 2 : Visual 

Visual ini merupakan bahasa tubuh dalam komunikasi. Dalam bagian visual ini, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, yaitu penampilan dan pakaian yang Anda kenakan, postur (cara berdiri dan pergerakan badan), kontak mata dan ekspresi wajah, dan gestur (gerakan tangan).

Sesuaikanlah bahasa tubuh Anda dengan kata-kata yang Anda sampaikan. Misalnya, tampilkanlah antusiasme dalam ekspresi wajah Anda ketika Anda menyampaikan pesan. Antusiasme itu menular. Artinya bahwa jika Anda tampil antusias, maka audiens pun juga akan tertular antusiasme Anda.

Contoh lainnya, jika Anda memperhatikan para presenter hebat, mereka memanfaatkan anggota tubuhnya untuk ikut berbicara. Steve Jobs dalam peluncuran produk iphone pada bulan Januari 2007 ketika menjelaskan bahwa iphod mempengaruhi seluruh industri musik, maka dia menggerakan tangannya dari kiri ke kanan untuk menekankan bahwa iphod mempengaruhi seluruh industri musik.

Komponen # 3 : Vokal.

Vokal ini merupakan intonasi suara dalam komunikasi publik. Dalam intonasi suara ini ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, yaitu komponen suara (tinggi rendah, cepat lambat, keras lemah suara, variasi nada suara) dan artikulasi (kejelasan suara) dan tidak bergumam,

Hindarilah penyampaian pesan yang Anda sampaikan dengan nada yang monoton yang dapat membuat audiens mengantuk. Untuk itu, berikanlah variasi pada intonasi suara Anda. Ada saatnya Anda berbicara lebih lambat untuk memberikan penekanan pada pesan presentasi yang penting.

Di sisi lain, adakalanya Anda perlu berbicara lebih cepat untuk menunjukkan semangat. Selain itu, Anda perlu berbicara dengan volume suara yang lebih keras untuk menunjukkan pesan yang penting atau ketika suasana lebih tenang dibutuhkan, Anda dapat berbicara dengan volume sedikit lebih kecil.

Bahkan, Anda tidak harus berbicara setiap saat. Berikan jeda sesekali. Sedikit diam akan mengajak audiens Anda berpikir dan merenung. Dengan cara ini, maka Anda dapat menciptakan efek dramatik, namun sekaligus membuat pesan yang Anda sampaikan menjadi pesan yang kuat dan mudah diingat.

Demikianlah, tiga komponen penting dalam komunikasi public yang efektif.

Tiga komponen tersebut adalah verbal, visual dan vokal. Untuk sukses dalam komunikasi publik, maka Anda harus sering berlatih. Berlatih, berlatih dan berlatihlah.

Siapkan pesan yang ingin Anda sampaikan (verbal). Sesuaikan visual Anda ketika Anda menyampaikan pesan. Dan variasikan intonasi suara (vokal) Anda dalam menyampaikan pesan dalam komunikasi publik.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

 

 

Tiga Elemen Ajaib Untuk Presentasi Yang Menakjubkan

Apakah ada resep yang sempurna untuk presentasi yang sukses ? Jawabannya, tidak ada.

Sebagian resep bergantung pada audiens dan konteksnya. Presentasi di ruang rapat tidak boleh terlihat seperti presentasi pada acara di TED talk meskipun topiknya sama. Dan presentasi yang berbeda pada acara seperti konferensi, demonstrasi, pertemuan komisi eksekutif, juga harus terlihat berbeda satu sama lain, karena jika tidak, maka tidak akan ada yang menonjol.

Jadi, jika tidak ada formula yang ajaib, maka apakah setidaknya ada elemen penting yang harus Anda masukkan dalam presentasi Anda ?

Phil Waknell (2021) menjelaskan bahwa ada tiga elemen ajaib yang mesti Anda masukkan dalam presentasi Anda jika Anda ingin presentasi Anda sukses.

Mari kita bahas satu per satu ketiga elemen tersebut.

Elemen Ajaib # 1 : Audiens

Audiens adalah elemen ajaib yang perlu Anda masukkan dalam setiap presentasi Anda. Presentasi yang Anda lakukan bukan untuk Anda, tetapi untuk audiens Anda.

Setiap presentasi harus dilakukan untuk memenuhi kepentingan audiens Anda dalam konteks tertentu.

Jadi, mengapa Anda harus peduli tentang elemen ajaib presentasi yang hebat ? Sangat peting untuk memahami bahwa kita harus mendengarkan presentasi. Bukankah lebih bagus jika presentasi yang Anda sampaikan tidak membosankan ?

Kita tidak hanya mendengarkan presentasi, tetapi kita juga harus memberikan presentasi.

Berapa banyak dari Anda yang harus memberikan presentasi ? Kita semua tentu melakukannya. Cepat atau lambat, di kampus, sekolah, dan tempat kerja, kita semua harus melakukan presentasi dengan atau tanpa slide. Dan seberapa baik Anda menyampaikan presentasi akan membuat perbedaan besar seberapa besar Anda berhasil. Itulah sebabnya Anda harus peduli.

Sekali lagi, elemen ajaib yang pertama adalah audiens Anda. Personalisasikan presentasi Anda agar sesuai dengan audiens Anda, kebutuhan dan harapan mereka serta konteks mereka. Buatlah presentasi Anda speasial untuk mereka yang pada gilirannya mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian.

Elemen Ajaib # 2 : Presenter

Sangat penting bagi Anda untuk memasukkan sesuatu dari diri Anda dalam presentasi Anda. Sesuatu yang hanya Andalah yang bisa mengakatakannya.

Tidak berarti jika orang lain memberikan presentasi dengan topik yang sama seperti Anda, maka Anda tidak memasukkan sesuatu yang bersifat personal ke dalam presentasi Anda.

Hal itu sangat penting. Karena saat Anda berbagi, maka audiens Anda akan peduli.

Jadi, tunjukkan mengapa Anda peduli. Tunjukkan mengapa hal itu penting bagi Anda. Beri audiens Anda contoh, cerita dan pengalaman dari Anda. Dan hal itu akan membuat presentasi Anda lebih berkesan.

Sehingga, dua elemen ajaib pertama adalah audiens dan presenter.

Kedengarannya tidak ajaib. Tetapi, Anda akan takjub betapa banyaknya presentasi yang tidak memiliki keduanya.

Elemen Ajaib # 3 : Transformasi

Kebanyakan presentasi hanya bertujuan untuk menginformasikan audiens mereka. Dan hal itu tidak menghasilkan presentasi yang sukses.

Presentasi yang sukses bukanlah tentang informasi. Tetapi, presentasi yang sukses adalah tentang transformasi.

Presentasi yang sukses adalah tentang mengubah yang audiens Anda percayai, rasakan dan lakukan.

Bayangkan Anda melakukan presentasi untuk mengumpulkan dana untuk perusahaan start up Anda. Setelah presentasi yang Anda sampaikan, audiens Anda akan mengetahui semua yang perlu mereka ketahui, tetapi mereka tidak mendanai perusahaan start up Anda.

Apakah Anda berhasil ? Tidak.

Sekarang bayangkan setelah presentasi Anda, audiens Anda memberikan Anda dana untuk perusahaan start up Anda, karena mereka percaya bahwa perusahaan start up Anda akan berhasil dan investasi yang mereka berikan kepada perusahaan start up Anda adalah investasi yang bagus.

Semua itu bukanlah informasi. Tetapi, itu adalah transformasi.

Sehingga dapat dikatakan bahwa ketika Anda melakukan presentasi, janganlah menginformasikan, tetapi transformasikan audiens Anda.

Ubahlah apa yang mereka yakini, rasakan dan lakukan. Selalu bangun presentasi Anda pada tujuan transformasi untuk audiens Anda.

Demikianlah, tiga elemen penting untuk presentasi yang menakjubkan.

Ingatlah ketiga unsur ajaib dari setiap presentasi yang hebat. Pertama, audiens. Kedua, presenter. Ketiga, transformasi yang ingin Anda ciptakan pada diri audiens Anda.

Gunakan tiga elemen ajaib tersebut untuk presentasi Anda jika presentasi Anda ingin sukses.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

 

Karakteristik Komponen What dan Cara Membuatnya Untuk Materi Presentasi Anda Dengan Pendekatan Storytelling

Presentasi dengan pendekatan storytelling sangat berguna bagi siapa saja yang mempresentasikan updates, laporan, atau menginginkan ide mereka memengaruhi keputusan.

Kurnoff dan Lazarus (2021) mengatakan bahwa ada sebuah framework yang sederhana yang dapat Anda gunakan untuk melakukan presentasi dengan pendekatan storytelling.

Salah satu komponen dari framework tersebut adalah komponen What.

Komponen What dari cerita Anda adalah sebuah ide besar. Ide besar adalah satu hal yang Anda ingin audiens Anda ingat, karena mereka tidak akan ingat semua hal. Ini adalah What dari cerita Anda.

Sekalipun Anda dalam banyak situasi presentasi mempunyai sedikit waktu, namun Anda benar-benar perlu sebuah ide besar.

Dan ini alasannya.

Ketika Anda secara sukses memperkenalkan ketidaknyamanan—ketika Anda telah membuat audiens Anda peduli—Andalah yang menyebabkan ketidaknyaman itu. Audiens Anda akan berpikir : “Wow, saya melihatnya. Itu merupakan sebuah masalah.” Hal itu terjadi ketika Anda telah melakukan hal itu dengan tepat.

Kemudian, audiens Anda mengharapkan mereka bisa keluar dari ketidaknyaman tersebut. Mereka memerlukan satu jembatan mental lebih lanjut untuk membantu mereka melewati konflik dan membantu mereka menerima resolusi Anda (komponen How).

Ide besar akan memuaskan keinginan tersebut. Dan hal itu akan terasa enak bagi audiens Anda. Karena itu, mereka akan mengingatnya.

Ada empat karakteristik kritikal dari ide besar.

Pertama, ide besar harus mengatasi konflik dalam cerita Anda.

Komponen Why dari cerita Anda yang terdiri dari setting, characters dan conflict adalah fondasi dari cerita Anda. Ingat bahwa dalam komponen tersebut ada konflik dimana hal itu akan membuat audiens Anda perlu peduli dengan cerita Anda. Jika Anda tidak dapat membuat audiens Anda peduli dengan konflik yang Anda sampaikan, maka mereka tidak akan peduli dengan resolusi (komponen How) yang Anda jelaskan.

 

Setelah Anda menetapkan komponen Why, maka Anda harus meyakinkan audiens Anda bahwa ada cara untuk mengatasi masalah ini. Hal itu adalah ide besar Anda.

 

Ide besar Anda dan konflik seperti yin/yang. Mereka milik bersama. Jika Anda tidak dapat menemukan ide besar Anda, maka bisa jadi karena cerita Anda tidak memiliki konflik yang jelas. Cari sinyal penting ini sejak awal dalam pengembangan cerita Anda.

 

Kedua, ide besar Anda harus memberikan wawasan.

 

Ide besar yang kuat diisi dengan sebuah janji. Ide besar tersebut merupakan petunjuk masa depan yang akan memberikan audiens Anda pratinjau yang menginspirasi tentang peluang yang lebih baru dan lebih baik.

Wawasan yang baik harus mengubah pemikiran audiens Anda dan mengubah pola pikir mereka ke tempat yang Anda inginkan.

Ketiga, ide besar Anda harus bersifat aksi.

Ide besar Anda juga merupakan sebuah wawasan Anda dapat ditindaklanjuti. Anda telah membawa audiens Anda dalam perjalanan melalui komponen Why (setting, characters, conflict). Setiap wawasan baru dibangun untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang situasi atau masalah saat ini. Dan ketika Anda cukup memberi tahu mereka untuk membawa mereka ke tepian, maka hal itu menimbulkan pertanyaan : apa selanjutnya ?

Ide besar merupakan sebuah titik balik dimana wawasan Anda menjadi sebuah panggilan untuk aksi.

Audiens Anda perlu mengetahui satu pernyataan sederhana apa yang mereka harus ketahui atau lakukan. Dan jika Anda melakukannya dengan benar, mereka akan tertarik untuk mempelajari detail rencana Anda (resolusi), yaitu komponen How.

Keempat, ide besar Anda harus benar-benar fokus kepada audiens Anda.

Hal ini merupakan hal yang penting. Audiens Anda hanya akan membeli sebuah ide besar yang fokus pada kebutuhan mereka.

Anda mesti menahan diri untuk membicarakan tentang diri Anda sendiri. Jangan pernah memasukkan nama perusahaan atau produk Anda dalam ide besar Anda. Ide besar adalah selalu tentang konsep yang lebih besar di belakangnya. Konsep besar yang pengambil keputusan peduli.

Pertanyaannya adalah bagaimana membangun ide besar ?

Ide besar terdiri dari dua bagian, yaitu APA dari cerita Anda + benefit (1, 2 atau 3 maksimum).

Ide besar Anda adalah pernyaatan yang ringkas, spesifik, dan komunikatif yang merangkum APA dari cerita Anda ditambah beberapa manfaat. Disarankan manfaat tersebut tidak lebih dari tiga.

Contoh ide besar adalah “struktur kompensasi baru akan membantu memulihkan margin kita”. Struktur kompensasi baru adalah APA dari cerita Anda. Sementara itu, memulihkan margin adalah manfaatnya.

Demikianlah, karakteristik dari ide besar dan cara membuatnya.

Ingat bahwa ide besar harus menginspirasi audiens Anda dan secara langsung mengatasi konflik dalam cerita yang Anda uraikan. Dan ide besar juga mempunyai tugas lainnya. Ide besar harus memberikan wawasan, bersifat aksi dan berfokus kepada audiens Anda.

Selain itu, dalam membuat ide besar, Anda perlu menjelaskan APA dari cerita Anda ditambah manfaatnya  dengan tidak lebih dari tiga manfaat.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

 

 

Perhatikanlah Audiens Anda Untuk Menyusun Materi Presentasi Dengan Pendekatan Storytelling

Presentasi adalah kegiatan yang sering kita lakukan dalam kegiatan sehari-hari. Apakah kita sebagai mahasiswa, dosen, karyawan atau pimpinan kantor, maka presentasi merupakan kegiatan yang sering kita lakukan.

Tentu saja dalam melakukan presentasi tersebut kita harus memperhatikan audiens kita. Karena kita melakukan presentasi sejatinya adalah untuk melayani audiens kita. Kita mesti memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Presentasi yang kita lakukan harus menjadi solusi dari apa yang dihadapi oleh audiens kita.

Demi untuk kebutuhan audiens kita, maka perhatikan kata-kata ini : The best storyteller step outside of their world and walk in their audience’s shoes.

Semakin banyak cerita Anda membahas perspektif unik audiens Anda, semakin relevan cerita tersebut bagi mereka.

Jika Anda menyampaikan cerita Anda atau presentasi ide apa pun, maka pikirkan tentang audiens Anda dan apa pola pikir mereka.

Karena apa pun yang Anda yakini sebagai cerita yang fantastis, maka audiens Anda akan terpaku oleh cerita tersebut jika cerita tersebut tentang mereka. Dan mengingat bahwa Anda berharap untuk menggerakkan, mengubah, atau menginspirasi mereka, maka pendapat merekalah yang penting. Anda harus memberikan mereka apa yang mereka butuhkan.

Cerita yang Anda sampaikan adalah bukan tentang Anda. Tetapi, cerita tersebut selalu tentang audiens Anda.

Untuk memahami audiens Anda, maka Anda mesti memperhatikan peran mereka. Audiens dengan peran yang berbeda memiliki perspektif yang sangat bervariasi. Anda perlu memahami perspektif yang berbeda tersebut, karena hal itu akan memengaruhi bagaimana audiens Anda akan bereaksi dan berinteraksi dengan cerita Anda yang dapat berdampak sangat baik pada pesan yang Anda pilih untuk ditekankan.

Jika Anda berada dalam lingkungan bisnis, maka Anda bisa menghadapi tiga audiens yang memiliki kebutuhan dan prioritas yang berbeda (Kurnoff dan Lazarus, 2021).

Pertama, eksekutif. Eksekutif ada untuk memberikan persetujuan. Eksekutif dengan waktunya yang padat menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk menyetujui berbagai hal. Dengan pola pikir gambaran besar yang mereka miliki, maka dalam memberikan persetujuan mereka mesti menimbang manfaat versus risiko, dampak strategis jangka panjang, dan tentu saja investasi yang dibutuhkan.

Kedua, manajer. Manajer dapat membantu memengaruhi. Manajer bukan orang yang mungkin memberikan keputusan, tetapi mereka berada dalam posisi yang dapat memengaruhi. Jika mereka menyukai ide Anda, maka kemungkinan besar mereka akan menyebarkannya. Mereka juga berfokus pada bagaimana ide Anda akan memengaruhi strategi sehari-hari mereka dan bagaimana keberhasilan diukur.

Ketiga, karyawan. Karyawan yang mewujudkannya ide yang Anda sampaikan. Mereka yang berada di lapangan untuk mengeksekusi ide-ide yang Anda utarakan yang berguna untuk mereka. Karyawan tertarik pada bagaimana rekomendasi yang Anda jelaskan akan memengaruhi operasi sehari-hari mereka.

Saat melakukan penggalian kebutuhan audiens Anda untuk menyusun cerita presentasi yang akan Anda siapkan, maka tanyakan tiga pertanyaan berikut ini untuk menyusun komponen why pada cerita Anda (setting, chracters, dan conflict)

Pertama, apa yang terjadi pada dunia audiens Anda ? Menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut akan membantu menetapkan latar belakang cerita Anda dan membuat semua orang di ruangan mengangguk setuju. Agar apa yang Anda sampaikan kepada mereka masuk akal, maka  gambarkan ruang tempat mereka beroperasi, dan berikan fokus kritis untuk apa yang akan terjadi selanjutnya dalam cerita Anda.

Kedua, siapa atau apa yang audiens Anda pedulikan ? Hal ini menjadi karakter utama dalam cerita Anda yang membantu membangun hubungan emosional dengan audiens Anda. Sangat manusiawi bagi kita untuk berhubungan dengan karakter dan ini membantu Anda memanusiakan apa yang seringkali abstrak seperti : pelanggan, pemasok, dan pemangku kepentingan utama. Anda dapat memberi nama karakter Anda (misalnya, temui Dina, seorang ibu muda …) atau gunakan diri Anda sendiri (misalnya, saya sedang berbelanja kemarin …), atau grup tanpa nama (misalnya, konsumen).

Ketiga, tantangan apa yang audiens Anda hadapi ? Setiap cerita yang hebat memiliki konflik. Konflik adalah apa yang membuat audiens Anda terjaga di malam hari dan merupakan hal penting yang mungkin menjadi fokus mereka yang memberikan mereka alasan untuk peduli dengan apa yang Anda katakan kepada mereka. Konflik, misalnya dalam industri penerbangan bisa jadi merupakan persaingan bisnis atau konsolidasi industri atau perubahan digital yang telah mengubah cara konsumen menggunakan layanan dari industri penerbangan. Mengungkap konflik dalam cerita Anda memungkinkan Anda menjadi pahlawan dua kali. Pertama, saat Anda mengidentifikasi masalah dan yang kedua saat Anda mengusulkan cara untuk memperbaikinya.

Ingat sekali lagi bahwa dalam menyusun materi presentasi dengan pendekatan storytelling adalah bukan tentang Anda. Tetapi, tentang audiens Anda.

Menetapkan fondasi cerita yang merupakan komponen why dengan pendekatan storytelling yang berpusat pada audiens Anda sangat penting untuk dilakukan. Aturannya adalah cerita yang Anda sampaikan bukan tentang cerita Anda, melainkan cerita tentang audiens Anda.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

Terjadinya Perubahan Dalam Sebuah Kondisi Merupakan Elemen Penting Yang Bisa Anda Angkat Untuk Menyampaikan Pesan Presentasi Dengan Pendekatan Storytelling

Pernahkah Anda merasa bosan dan sulit menangkap pesan presentasi yang disampaikan oleh seorang presenter ?

Jika ya, bagaimana caranya agar pesan presentasi yang Anda sampaikan menjadi mudah dipahami dan menarik bagi audiens Anda ?

Jawabannya adalah Anda dapat menggunakan pendekatan storytelling.

Secara harfiah, storytelling terdiri dari dua kata, yaitu story yang berarti cerita dan telling yang artinya memberitahu atau menyampaikan. Jika diartikan secara sederhana, storytelling adalah cara menyampaikan pesan lewat sebuah cerita.

Fryer (2003) dalam artikelnya yang berjudul, “Storytelling That Moves People” di laman Harvard Business Review menjelaskan bahwa pada dasarnya, sebuah cerita mengungkapkan bagaimana dan mengapa kehidupan berubah.

Ini dimulai dengan situasi dimana hidup relatif seimbang. Anda datang bekerja hari demi hari, minggu demi minggu, dan semuanya baik-baik saja. Anda berharap hal itu akan terus berlangsung seperti itu.

Tetapi, kemudian ada suatu peristiwa—dalam penulisan skenario (screenwriting) yang disebut insiden yang menghasut (inciting incident)—yang membuat hidup menjadi tidak seimbang. Misalnya, Anda mendapat pekerjaan baru atau pelanggan besar Anda mengancam untuk pergi.

Cerita selanjutnya menggambarkan bagaimana upaya untuk memulihkan keseimbangan, yaitu : ekspektasi subjektif yang menabrak realitas objektif yang tidak kooperatif.

Seorang pencerita yang baik menggambarkan bagaimana rasanya menghadapi kekuatan yang berlawanan tersebut. Ia meminta protagonis untuk menggali lebih dalam, bekerja dengan sumber daya yang langka, membuat keputusan sulit, mengambil tindakan meskipun berisiko, dan akhirnya menemukan solusinya.

Protagonis merupakan orang atau karakter yang mempengaruhi alur suatu cerita. Protagonis sangat berperan dalam alur cerita yang sering digambarkan sebagai karakter yang menghadapi paling banyak konflik dan rintangan.

Semua pencerita yang hebat sejak—dari Yunani kuno hingga Shakespeare dan hingga saat ini—telah berurusan dengan konflik mendasar antara harapan subyektif dan kenyataan yang tidak menguntungkan tersebut.

Storytelling yang baik dapat menggambarkan perubahan itu dengan cara menarik. Sehingga, storytelling dapat membuat audiens merasa terhubung dengan cerita, pesan atau informasi yang disampaikan. Jika audiens tersentuh dengan setiap cerita yang Anda sampaikan, maka Anda telah melakukan storytelling yang baik.

Dalam presentasi, ada banyak isu yang bisa diangkat. Misalnya soal pertumbuhan penumpang pada industri penerbangan dan dampaknya pada perusahaan penerbangan.

Lalu, apakah isu ini bisa dijadikan storytelling ? Tentu bisa.

Peningkatan penumpang merupakan perubahan yang bisa diangkat menjadi storytelling yang menarik. Misalnya saja cerita tentang kekurangan pilot yang bekerja di perusahaan penerbangan.

Dari kejadian itu, Anda yang bekerja di perusahaan penerbangan bisa merajut cerita.

Misalnya, mulai dari forecasting industri penerbangan yang mengalami peningkatan jumlah penumpang sampai dua kali lipat pada tahun 2024. Pertumbuhan penumpang terutama dari Asia dengan Indonesia yang mengalami peningkatan tertinggi untuk penumpang pesawat terbang.

Tetapi, kekurangan pilot bisa membuat perusahaan penerbangan bisa mengalami masalah termasuk perusahaan penerbangan tempat Anda bekerja.

Telah terjadi perubahan, yakni peningkatan jumlah penumpang pesawat terbang. Jika bisa dikemas secara menarik dan berhasil membangkitkan awareness bos Anda tentang pentingnya mengatasi perubahan tersebut dan Anda punya solusinya, maka bos Anda akan lebih peduli dengan pesan yang Anda sampaikan.

Selain perubahan dalam hal jumlah penumpang pesawat terbang, masih banyak kejadian atau fenomena yang bisa dirangkai menjadi sebuah storytelling.

Kuncinya adalah adanya perubahan. Perubahan yang Anda sampaikan itu mesti ada keterikatan dengan audiens Anda, karena Anda melakukan presentasi adalah untuk melayani audiens Anda. Selain itu, Anda perlu juga menyampaikan konflik yang terjadi dalam perubahan tersebut dan solusi untuk mengatasi konflik tersebut.

Karena pesan presentasi yang Anda sampaikan mempunyai alur cerita dimana Anda menggambarkan perubahan yang terjadi, konflik yang dialami dan cara untuk mengatasinya, maka audiens akan Anda mudah memahaminya dan menarik perhatian mereka.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.