Lima Cara Menekan Tombol Perhatian Audiens Selama Anda Presentasi

Perhatian audiens Anda akan memudar seiring berjalannya waktu, kecuali Anda mengambil langkah-langkah khusus untuk membuat mereka tetap terlibat.

Michael dari Stanford University dalam tulisannya dengan judul Tips for College Educators: How to Hold Students’ Attention ? (2015) mengatakan bahwa menurut pandangan umum, rentang perhatian rata-rata dari seorang mahasiswa adalah antara 10 dan 15 menit. Periode ini bahkan lebih singkat untuk siswa yang lebih muda, sehingga guru mereka harus menggunakan cara yang berbeda untuk dapat membuat siswa kembali kepada apa yang diterangkan oleh gurunya.

Selain itu, Hartley dan Davies dalam Note Taking: A Critical Review Programmed Learning and Educational Technology” (1978) menjelaskan grafik yang menunjukkan perhatian mahasiswa selama kuliah 50 menit dimana dosen kehilangan pendengarnya seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.

Anda perhatikan bagaimana pada menit ke-40, perhatian mahasiswa tampak naik lagi, namun hanya sedikit. Hal ini diduga ketika dosen memulai kalimatnya dengan mengatakan “Singkatnya …”.

Akibatnya, para siswa menegakkan telinga mereka kembali dan fokus untuk mendapatkan inti dari kuliah. Inilah yang terjadi ketika dosen menemukan tombol perhatian mahasiswanya (audiens).

Meskipun rentang perhatian audiens terbatas, kita memiliki kemampuan untuk memfokuskan kembali perhatian mereka. Saat kita menekan Tombol Atur Ulang Perhatian, maka kita dapat mengajak audiens kita untuk kembali fokus pada apa yang kita presentasikan.

Jadi itulah yang perlu Anda lakukan ketika Anda kehilangan audiens Anda. Tekan Tombol Atur Ulang Perhatian audiens Anda.

Pertanyaannya adalah seberapa sering Anda harus menekan Tombol Atur Ulang Perhatian ?

John Medina mengatakan dalam bukunya Brain Rules bahwa “Saya memutuskan bahwa setiap kuliah yang saya berikan akan saya buat dalam dalam modul-modul tersendiri. Karena aturan 10 menit telah dikenal selama bertahun-tahun, maka saya memutuskan untuk modul yang saya buat hanya akan berlangsung 10 menit. ”

Dari apa yang dikatakan oleh John Medina itu, maka Anda dapat menekan Tombol Atur Ulang Perhatian untuk audiens Anda setiap 10 menit.

Namun, perlu diperhatikan bahwa rentang perhatian audiens Anda akan bervariasi sesuai dengan banyak faktor seperti : kehangatan ruangan, berapa lama tidur yang mereka alami pada malam sebelumnya, dan seberapa tertarik mereka pada topik tersebut.

Bersiaplah untuk menyesuaikan dengan kebutuhan audiens Anda. Misalnya, di pagi hari Anda mungkin merencanakan interval 10 menit setiap Atur Ulang Perhatian untuk audiens Anda. Setelah makan siang yang berpotensi audiens Anda mudah mengantuk, maka Anda mungkin mengurangi intervalnya menjadi 5 menit.

Kemudian, yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana caranya untuk menjaga perhatian audiens Anda agar tetap terlibat selama presentasi yang Anda lakukan ?

Ada lima cara yang dapat Anda gunakan. Marilah kita bahas satu per satu caranya.

Cara # 1 : Ceritakan Sebuah Kisah

Audiens Anda akan mudah tertarik jika Anda menceritakan sebuah kisah yang tentu perlu relevan dengan isi presentasi Anda. Mereka langsung dapat terlibat dengan Anda dan mereka hanya membutuhkan sedikit usaha untuk tetap fokus. Bahkan anggota audiens yang tertidur pun akan gembira ketika Anda mengatakan, “Saya akan memberi tahu Anda saat ini apa yang terjadi pada saya.”

Cara # 2 : Jeda Untuk Tanya Jawab

Metode untuk menghidupkan presentasi Anda dengan tanya jawab (Questions & Answer) adalah cara yang hebat untuk menarik kembali audiens Anda. Sesi tanya jawab singkat selama presentasi Anda akan menarik karena:

  • Ini perubahan dari hanya Anda yang berbicara kepada pemberian kesempatan bagi audiens Anda untuk berbicara.
  • Anggota audiens dapat mengajukan pertanyaan kepada Anda tentang minat mereka.
  • Ada unsur yang menghidupkan dalam sesi tanya jawab yang membuat audiens Anda terlibat.

Anda sebaiknya membangun sesi tanya jawab dalam presentasi Anda dari pada membiarkannya sampai akhir presentasi Anda.

Cara # 3 : Buat Transisi

Pada grafik di atas, perhatian siswa naik mendekati akhir, dan diduga karena dosen mengatakan “Singkatnya …”

Saya tidak menyarankan Anda untuk mengatakan “Singkatnya …” ketika Anda tidak berencana untuk meringkas, tetapi Anda dapat menggunakan pernyataan transisi sebagai sinyal kepada audiens Anda agar mereka harus fokus kembali.

Dalam setiap perpindahan point presentasi, Anda dapat menyampaikan ringkasan sementara pada audiens terlebih dahulu. Tujuan dari ringkasan sementara adalah mengingatkan audiens point-point presentasi Anda sebelumnya.

Dengan memberikan ringkasan sementara, maka Anda dapat membantu audiens untuk mengingat apa yang telah Anda sampaikan pada point presentasi sebelumnya. Selain itu, transisi ini juga akan membuat audiens Anda lebih mudah menentukan sampai dimana presentasi yang Anda sampaikan.

Misalnya, topik presentasi Anda adalah Penyakit Orang Sibuk. Anda sudah menyampaikan   point 1 (selalu ingin terburu-buru) dan point 2 (mental persaingan dengan permusuhan) dan sekarang saatnya untuk masuk ke point 3 (terlalu serius bekerja kurang rasa humor), maka Anda dapat melakukan transisi sebagai berikut :

“Tadi, kita telah membahas dua penyakit orang sibuk. Yang pertama adalah selalu ingin terburu-buru, apa-apa ingin instan. Ingin kaya dengan cara terburu-buru, jadilah ia orang yang tidak jujur. Yang kedua adalah mental persaingan dengan permusuhan. Hobinya mengkritik, menjatuhkan orang lain, dan memanndang negatif orang lain. Setelah ini, kita akan membahas penyakit yang berikutnya yaitu terlalu serius bekerja kurang rasa humor.”

Pernyataan transisi yang Anda sampaikan itu akan memberikan mereka kesempatan untuk kembali ke presentasi Anda.

Cara # 4 : Minta Audiens Anda Bicara Secara Berpasangan

Mengizinkan audiens Anda untuk memproses ide-ide Anda dengan meminta mereka untuk berbicara dengan orang yang duduk di sebelah mereka adalah cara yang bagus untuk melibatkan kembali mereka. Misalnya, Anda dapat meminta mereka untuk berbagi dengan tetangga mereka : “Apa tiga hal yang telah mereka pelajari sejauh ini dalam presentasi Anda”.

Cara # 5 : Minta Audiens Anda Menulis

Meminta audiens Anda untuk berefleksi dengan menulis juga sangat berguna agar mereka dapat tetap terlibat dengan presentasi Anda. Misalnya, “Tuliskan tiga hal yang akan mereka lakukan secara berbeda sebagai hasil dari presentasi Anda”.

Itulah lima cara yang dapat Anda gunakan untuk membuat audiens Anda agar tidak kehilangan perhatian dalam presentasi Anda.

Anda jangan menggunakan cara yang sama dalam setiap interval 10 menitan setiap Anda mengatur ulang perhatian audiens Anda. Tetapi, Anda sebaiknya menggunakan kombinasi berbagai cara dalam setiap interval tersebut.

Misalnya, dalam tulisan awal saya di blog ini, jika Anda dalam menyusun pesan presentasi  menggunakan Presenter Map, maka kombinasi Tombol Atur Ulang Perhatian untuk audiens Anda dapat berbentuk seperti gambar di bawah ini.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

8 Dimensi Delivery Presentasi Yang Perlu Anda Ketahui Untuk Memberikan Pengaruh Yang Besar Bagi Audiens Anda

Efektifnya sebuah presentasi ditentukan oleh kemampuan si presenter untuk menyampaikannya kepada para audiens. Tentu saja, setiap presenter memiliki gayanya masing-masing yang bisa mempengaruhi caranya menyampaikan presentasi.

Selain itu, topik presentasi juga bisa menjadi hal yang harus diperhatikan. Cara penyampaian presentasi yang tidak sesuai dengan topik presentasi bisa mempengaruhi efektif atau tidaknya presentasi tersebut.

Berikut ini ada 8 dimensi delivery presentasi yang perlu Anda ketahui, agar presentasi Anda dapat memberikan pengaruh yang besar bagi audiens Anda.

Mari kita bahas satu per satu kedelapan dimensi tersebut.

Dimensi # 1 : Lampu

Yang terbaik adalah menjaga lampu menyala agar audiens dapat melihat Anda. Namun, ketika ruang presentasi terlalu banyak cahaya, maka sorotan lampu proyektor akan membuat tampilan slide Anda menjadi tidak terlihat dengan jelas. Solusinya adalah dengan mematikan lampu yang ada di ruangan tersebut agar gambar yang dari proyektor menjadi lebih terang dan jelas untuk dapat dilihat oleh audiens Anda.

Dimensi # 2 : Jangan Baca Slide

Audiens Anda membencinya saat Anda membaca teks pada slide. Buat slide yang tidak memiliki cukup teks untuk Anda baca. Berlatihlah, sehingga Anda dapat melirik slide dan kemudian melihat audiens untuk menyampaikan maksud Anda.

Dimensi # 3 : Berinteraksilah Dengan Audiens

Saat presentasi, alangkah baiknya ada komunikasi dua arah antara Anda dan audiens Anda. Presentasi bukanlah ceramah. Tentunya audiens lebih mengharapkan keterlibatan dalam sebuah pesan, dan mereka ingin didengar. Cobalah untuk menyediakan sesi untuk berinteraksi dengan audiens Anda.

Ajukan pertanyaan, jawab pertanyaan audiens Anda, dan berjalan di sekitar ruangan. Buat presentasi Anda menjadi sebuah percakapan, setidaknya untuk sebagian waktu.

Dimensi # 4 : Tanpa Podium

Jangan ada podium antara Anda dan audiens Anda. Karena dengan adanya podium tersebut, sering ketika Anda berpresentasi hal tersebut justru menghalangi keleluasaan gerak Anda.

Penggunaan podium membuat anda hanya berpresentasi di belakang podium tanpa pernah bergerak. Kecuali untuk pidato yang sifatnya formal, tidak disarankan bagi Anda untuk berpresentasi menggunakan podium.

Dimensi # 5 : Kontak Mata

Lakukan kontak mata dengan audiens Anda-orang saat Anda berbicara. Jangan melihat ke atas kepala audiens Anda.

Sebar pandangan ke semua sisi dari audiens Anda. Itu bukan berarti Anda lakukan hal tersebut hanya di tahap awal saja, melainkan lakukan juga selama proses presentasi Anda berjalan. Dan sebar juga pandangan Anda ke semua sisi dari audiens Anda, terlebih jika jumlah audiens presentasi Anda besar.

Meski ada audiens yang tidak Anda tatap matanya, namun jika Anda bisa membagi pandangan Anda secara proporsional, maka hal itu cukup menunjukkan bahwa Anda perhatian dan peduli dengan audiens Anda. Dan hal tersebut juga akan dirasakan oleh audiens Anda.

Dimensi # 6 : Suara

Untuk bisa membawakan presentasi dengan baik, tentu dibutuhkan suara yang baik pula. Bukan berarti suara Anda harus bersuara merdu. Yang perlu Anda lakukan adalah berbicara dengan tepat. Maksudnya, Anda harus bisa mengatur keras atau pelannya suara, artikulasi dan intonasi.

Keras pelannya suara harus disesuaikan dengan besar kecilnya ruangan, serta jumlah audiens yang menghadiri presentasi Anda. Suara Anda juga harus terdengar jelas oleh semua audiens yang hadir di sana baik yang duduk di depan maupun di belakang. Kalau suara Anda tidak jelas, maka audiens tidak akan memperhatikan Anda. Selain itu, nada bicara pun harus bervariasi. Jika Anda hanya bicara dengan nada bicara yang datar, maka tentu saja audiens akan bosan dan mengantuk mendengarkan Anda.

Hal lain yang sering dilakukan tanpa sadar adalah menggumam, seperti mengatakan ‘eeeee’ atau ‘mmmm’. Gumaman biasanya terjadi jika seseorang yang sedang berpikir. Kalau hanya sekali dua kali, tidak masalah. Tetapi, kalau sering dilakukan, maka hal itu akan mengganggu.

Dimensi # 7 : Tersenyumlah

Dalam dunia presentasi, sebuah senyuman merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena menggambarkan first impression dari diri Anda. Keajaiban tersenyum saat presentasi dapat mengubah segalanya. Cobalah untuk membayangkan jika Anda bertemu dengan seseorang yang mempunyai ekspresi wajah yang cemberut, marah, atau flat. Sebagian besar mungkin akan langsung menilai orang tersebut galak, kurang friendly, dan prasangka buruk lainnya. Dalam pandangan pertama citra diri sudah runtuh, karena melupakan sebuah senyuman. Ya, tersenyumlah orang akan merespons Anda dengan lebih baik.

Dimensi # 8 : Bergeraklah

Berjalan atau berpindah tempat juga penting dilakukan pada saat presentasi. Gunanya untuk menambah kepercayaan diri dan kenyamanan Anda pada saat tampil. Bila diperlukan Anda bisa melakukan langkah-langkah kecil dan berpindah dari satu titik ke titik yang lain agar Anda tidak monoton di satu tempat, dan tetap sesuaikan dengan ruang bicara Anda. Akan tetapi, jangan terlalu terburu-buru pada saat berjalan, karena akan membuat konsentrasi audiens Anda terganggu.

Demikianlah, 8 dimensi delivery presentasi yang perlu Anda ketahui untuk memberikan pengaruh yang besar bagi audiens Anda. Coba terapkan 8 dimensi tersebut pada presentasi Anda yang selanjutnya.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

Tiga Cara Menciptakan Hubungan Yang Kuat Dengan Audiens Anda

Ketika pembicara memberikan presentasi di ruang konferensi atau berbicara di depan kelompok besar orang dari podium di atas panggung, kenyataannya sebagian besar pembicara tidak mencapai sasaran. Pembicara sering kali datang dengan perasaan seolah-olah mereka bergegas menyampaikan materi dan mereka tidak terhubung dengan audiens mereka.

Kunci untuk menyampaikan presentasi yang sukses adalah menunjukkan kepada audiens Anda bahwa Anda peduli pada mereka. Anda tentu tidak ingin pendengar melihat Anda sebagai tenaga penjualan yang hanya menawarkan produk. Namun, Anda ingin mereka melihat Anda sebagai pembicara yang memiliki minat yang terbaik.

Berita baiknya adalah Anda tidak perlu menjadi pembicara yang dapat membaca pikiran audiens Anda untuk membangun koneksi yang kuat dengan mereka.

Sebagai gantinya, ada tiga cara yang dapat Anda lakukan untuk membangun hubungan yang kokoh dengan audiens Anda.

Mari kita bahas satu per satu.

Cara # 1 : Menganalisis Audiens Anda

Sebelum dapat menyampaikan materi kepada audiens Anda, maka Anda harus mengetahui mereka. Anda harus mencari tahu apa yang dipedulikan oleh mereka dan mengapa mereka harus mendengarkan presentasi Anda. Cara terbaik untuk mengumpulkan informasi ini adalah dengan melakukan analisis audiens.

Untuk memulai proses ini, maka carilah informasi tentang orang-orang yang akan hadir. Apa yang mereka harapkan untuk dipelajari ? Bagaimana Anda dapat membantu mereka mencapai tujuan mereka?

Setelah Anda memahami apa yang akan diperhatikan oleh pendengar Anda, maka Anda dapat menyesuaikan pesan Anda dengan kebutuhan spesifik mereka.

Ingatlah untuk melakukan analisis audiens secara menyeluruh, bahkan ketika Anda terdesak waktu. Informasi yang Anda kumpulkan akan membantu Anda untuk menentukan cara mendapatkan dan mempertahankan perhatian audiens Anda.

Cara # 2 : Merujuk Pada Kebutuhan Saat Sekarang Dari Audiens Anda

Cara lain untuk terhubung dengan audiens Anda adalah dengan menggunakan rujukan kebutuhan mereka saat sekarang. Meskipun mereka mungkin memikirkan masa lalu dan masa depan selama presentasi Anda, namun mereka akan menghabiskan sebagian besar “waktu berpikir” mereka untuk mencoba menghubungkan ide-ide Anda dengan kebutuhan dan tantangan mereka saat ini. Pikirkan tentang masalah yang saat ini dihadapi oleh audiens Anda dan temukan cara untuk mengatasi masalah tersebut selama presentasi Anda.

Katakanlah Anda diundang untuk memberikan nasihat kepada sekelompok mahasiswa senior perguruan tinggi yang sedang mempersiapkan ujian akhir semester. Apa yang dapat Anda katakan untuk membuat mereka mendengarkan Anda ?

Berikut ini satu kemungkinannya.

“Saya tahu Anda ingin menyelesaikan ujian akhir Anda, sehingga segera setelah itu Anda dapat bermain dengan teman-teman Anda. Saya menjadi seorang mahasiswa belum lama ini. Saya tahu bagaimana keadaannya. Tetapi, saya berharap kita dapat berbicara  beberapa menit tentang satu pertanyaan sederhana : Apa yang harus Anda lakukan untuk ujian akhir Anda ? Hari ini, saya ingin menawarkan beberapa saran untuk membantu Anda tentang apa yang harus Anda pelajari untuk mendapatkan hasil yang bagus”.

Pendahuluan ini menarik karena menghubungkan topik presentasi Anda dengan perhatian utama siswa saat ini, yaitu : belajar untuk ujian akhir. Awalnya, para siswa mungkin tidak ingin memikirkannya, tetapi kemudian mereka akan mendengarkan begitu Anda menunjukkan bahwa Anda “tahu bagaimana itu” dan Anda bersedia membantu mereka.

Cara # 3 : Menyoroti Manfaat Dari Pesan Yang Anda Sampaikan

Cara terakhir adalah menyoroti manfaat untuk mendukung ide tertentu. Menurut Nick Morgan, penulis buku Before You Open Your Mouth: The Keys to Great Public Speaking, pembicara harus selalu memperhatikan kebutuhan audiens.

Waktu Anda mulai presentasi, audiens mulai dengan menanyakan “mengapa” —mengapa saya harus peduli, mengapa ini penting … Jika Anda berhasil menjawab pertanyaan mengapa, maka audiens kemudian akan bertanya “bagaimana” —bagaimana saya menerapkan ide ini, bagaimana saya menjadikan ini milik saya sendiri … Itulah tugas pembicara, yaitu membawa audiens dari “mengapa” ke “bagaimana.”

Katakanlah Anda berbicara kepada sekelompok kolega Anda tentang menjadi sukarelawan di tempat penampungan tunawisma setempat. Semua orang tahu bahwa membantu para tunawisma itu penting. Namun demikian, Anda dapat membuat pesan Anda beresonansi dengan kolega Anda jika Anda menekankan manfaat spesifik menjadi sukarelawan.

Anda bisa mengatakan:

“Saya mengundang Anda untuk bergabung dengan saya di tempat penampungan lokal untuk menyiapkan makan siang untuk beberapa tunawisma di komunitas kita. Ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi kita untuk saling mengenal dan melakukan sesuatu untuk membuat kita lebih bermanfaat bagi sesama kita. Saya yakin kita akan lebih banyak tertawa ketika kita membuat makanan di dapur”.

Dalam contoh ini, Anda menyoroti manfaat berpartisipasi, dari pada sekedar menekankan bahwa menjadi relawan di tempat penampungan adalah “hal yang benar untuk dilakukan.” Siapa yang tidak ingin bersenang-senang saat melayani masyarakat ?

Pendengar Anda akan memberi perhatian jika Anda berbicara tentang mereka. Jadi, pastikan untuk memperhatikan manfaat bagi audiens di dalam pikiran Anda. Jika Anda mempertahankan pendekatan yang berpusat pada audiens, maka pendengar Anda akan menghargai Anda dengan penghargaan dan tepuk tangan.

Demikianlah, tiga cara yang dapat Anda lakukan dalam menciptakan hubungan yang kuat dengan audiens Anda. Pertama, menganalisis audiens Anda. Kedua, merujuk pada kebutuhan saat sekarang dari audiens Anda. Ketiga, menyoroti manfaat dari pesan yang Anda sampaikan.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

Tiga Komponen Penting Dalam Komunikasi Publik Yang Efektif

Nagesh Belludi (2008) menyebutkan bahwa jika kita berbicara tentang komunikasi, maka banyak orang mengutip sebuah riset yang dilakukan oleh Prof. Albert Mehrabian dari University of California, Los Angeles. Riset tersebut menjelaskan bahwa dalam komunikasi besarnya pengaruh dari masing-masing komponen adalah sebagai berikut :

  • Verbal (kata-kata) 7 %
  • Visual (bahasa tubuh) 55 %
  • Vokal (intonasi suara) 38 %

Dengan memperhatikan informasi ini mungkin Anda berkomentar, “ternyata dalam komunikasi (bahasa tubuh dan intonasi suara) memegang peranan besar yang kalau keduanya dijumlahkan mencapai 93 %. Jika saya melakukan presentasi asalkan bahasa tubuh dan intonasi suara sudah sesuai, maka kata-kata nggak penting-penting amat karena kata-kata hanya 7 %.

Komentar tersebut menunjukkan bahwa banyak orang yang kurang tepat memaknai hasil riset tersebut. Maksud dari hasil riset tersebut adalah jika terjadi ketidaksinkronan dalam berkomunikasi, maka yang dipercaya adalah faktor yang mempunyai persentase yang lebih besar.

Sebagai contoh, jika Anda mengatakan pada audiens, “Aku tidak punya masalah denganmu!” sambil Anda menghindari kontak mata, terlihat cemas, dan mempertahankan bahasa tubuh yang tertutup, maka audiens Anda tidak akan mempercayai Anda. Mereka lebih percaya pada apa yang mereka tangkap melalui bahasa tubuh Anda.

Demikian juga halnya, ketika Anda mengatakan pada audiens “saya merasa senang berada disini”, akan tetapi dalam menyampaikannya nada suara Anda terdengar datar dan tidak bersemangat, maka audiens juga tidak akan percaya. Mereka akan lebih percaya pada interpretasi dari intonasi suara Anda yang terkesan datar dan tidak semangat.

Oleh karena itu, dalam komunikasi termasuk komunikasi publik, maka Anda harus memperhatikan tiga komponen komunikasi, yaitu verbal, visual dan vokal.

Mari kita bahas satu per satu tiga komponen komunikasi tersebut.

Komponen # 1 : Verbal.

Verbal ini adalah kata-kata atau pesan yang Anda sampaikan dalam komunikasi publik. Jika Anda diminta untuk menyampaikan sebuah topik tertentu, maka Anda perlu menyusun pesan yang perlu Anda sampaikan terkait topik tersebut.

Ada tiga bagian yang perlu Anda persiapkan, yaitu pesan pada bagian pendahuluan, isi dan penutup. Dalam bagian pendahuluan, Anda perlu membuat pesan yang menarik. Untuk ini, Anda bisa menggunakan data, cerita, permainan kata, dan kutipan (quotes).

Untuk bagian isi, Anda perlu membuat pesan yang bermakna. Anda bisa menggunakan kerangka yang bersifat kronologis (dulu, sekarang, ke depan), tiga point (tiga cara, tiga strategi, tiga langkah, dan sebagainya), dan struktur why, what, how.

Sementara itu, dalam bagian penutup, Anda perlu membuat pesan yang berkesan. Anda bisa menyampaikan ringkasan dari apa yang telah Anda sampaikan dan dilanjutkan dengan call to action. Dalam call to action ini, Anda meminta audiens Anda melakukan apa yang telah Anda sampaikan.

Pesan yang Anda jelaskan dalam bagian pendahuluan, isi, dan penutup mesti relevan dengan topik yang Anda bawakan.

Komponen # 2 : Visual 

Visual ini merupakan bahasa tubuh dalam komunikasi. Dalam bagian visual ini, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, yaitu penampilan dan pakaian yang Anda kenakan, postur (cara berdiri dan pergerakan badan), kontak mata dan ekspresi wajah, dan gestur (gerakan tangan).

Sesuaikanlah bahasa tubuh Anda dengan kata-kata yang Anda sampaikan. Misalnya, tampilkanlah antusiasme dalam ekspresi wajah Anda ketika Anda menyampaikan pesan. Antusiasme itu menular. Artinya bahwa jika Anda tampil antusias, maka audiens pun juga akan tertular antusiasme Anda.

Contoh lainnya, jika Anda memperhatikan para presenter hebat, mereka memanfaatkan anggota tubuhnya untuk ikut berbicara. Steve Jobs dalam peluncuran produk iphone pada bulan Januari 2007 ketika menjelaskan bahwa iphod mempengaruhi seluruh industri musik, maka dia menggerakan tangannya dari kiri ke kanan untuk menekankan bahwa iphod mempengaruhi seluruh industri musik.

Komponen # 3 : Vokal.

Vokal ini merupakan intonasi suara dalam komunikasi publik. Dalam intonasi suara ini ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan, yaitu komponen suara (tinggi rendah, cepat lambat, keras lemah suara, variasi nada suara) dan artikulasi (kejelasan suara) dan tidak bergumam,

Hindarilah penyampaian pesan yang Anda sampaikan dengan nada yang monoton yang dapat membuat audiens mengantuk. Untuk itu, berikanlah variasi pada intonasi suara Anda. Ada saatnya Anda berbicara lebih lambat untuk memberikan penekanan pada pesan presentasi yang penting.

Di sisi lain, adakalanya Anda perlu berbicara lebih cepat untuk menunjukkan semangat. Selain itu, Anda perlu berbicara dengan volume suara yang lebih keras untuk menunjukkan pesan yang penting atau ketika suasana lebih tenang dibutuhkan, Anda dapat berbicara dengan volume sedikit lebih kecil.

Bahkan, Anda tidak harus berbicara setiap saat. Berikan jeda sesekali. Sedikit diam akan mengajak audiens Anda berpikir dan merenung. Dengan cara ini, maka Anda dapat menciptakan efek dramatik, namun sekaligus membuat pesan yang Anda sampaikan menjadi pesan yang kuat dan mudah diingat.

Demikianlah, tiga komponen penting dalam komunikasi public yang efektif.

Tiga komponen tersebut adalah verbal, visual dan vokal. Untuk sukses dalam komunikasi publik, maka Anda harus sering berlatih. Berlatih, berlatih dan berlatihlah.

Siapkan pesan yang ingin Anda sampaikan (verbal). Sesuaikan visual Anda ketika Anda menyampaikan pesan. Dan variasikan intonasi suara (vokal) Anda dalam menyampaikan pesan dalam komunikasi publik.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

 

 

Tiga Teknik Tambahan Untuk Menghadapi Audiens Presentasi Yang Pasif

Postingan tanggal 06 Februari 2023 yang lalu, Anda telah mempelajari teknik Think-Pair-Share untuk merubah audiens presentasi Anda yang pasif menjadi aktif. Teknik tersebut dapat Anda gunakan dalam presentasi Anda agar presentasi Anda dapat menjadi lebih interaktif.

Audiens presentasi yang pasif kemungkinan disebabkan oleh karena adanya budaya yang kurang pas yang beranggapan bahwa orang bertanya atau menjawab apa yang ditanyakan oleh presenter sering dianggap sombong, sok tau atau justru sebaliknya mereka yang bertanya itu dianggap kurang pandai. Akibatnya, orang yang ingin bertanya kepada atau menjawab pertanyaan dari presenter menjadi ragu-ragu.

Alasan lainnya adalah karena audiens kemungkinan masih belum memiliki pertanyaan atau jawaban yang tepat. Mereka masih membutuhkan waktu untuk berpikir lebih lanjut. Sehingga, mereka kelihatannya terkesan pasif.

Untuk mengatasi kondisi audiens presentasi yang cenderung pasif, selain menggunakan teknik Think-Pair-Share, maka Anda dapat menggunakan tiga teknik tambahan lainnya.

Sejatinya, teknik-teknik tersebut melibatkan tiga komponen, yaitu : gagasan; pengalaman, dan refleksi.

Dengan teknik tersebut, intinya Anda meminta audiens presentasi Anda untuk berpikir dan melakukan sesuatu dari apa yang Anda sampaikan.

Mari kita bahas satu per satu dari tiga teknik tambahan yang dapat Anda gunakan untuk merubah dari audiens presentasi yang pasif menjadi aktif.

Teknik # 1 : Polling

Polling adalah cara yang cepat dan mudah untuk mengetahui pendapat atau proses berpikir audiens Anda dengan mengajukan pernyataan atau pertanyaan dan mengumpulkan tanggapan mereka secara real time.

Jika Anda memberikan presentasi dengan menggunakan aplikasi Zoom, maka Anda dapat menggunakan fitur Polling.

Dengan menggunakan fitur ini, Anda dapat menyajikan polling pilihan ganda sederhana, termasuk jawaban dengan tipe skala Likert yang meminta audiens Anda untuk menyatakan tingkat persetujuan mereka atas suatu pernyataan tertentu.

Atau Anda dapat menggunakan fitur polling ini untuk menguji pemahaman mereka terhadap materi yang telah Anda berikan dengan memberikan jawaban dalam bentuk pilihan ganda.

Dalam menerapkan pooling, Anda perlu menentukan tujuan Anda dalam melakukan jajak pendapat dengan mempertimbangkan hal-hal berikut:

  • Informasi apa yang ingin Anda dapatkan dari audiens Anda secara real-time ?
  • Bagaimana Anda akan menggunakan informasi hasil polling yang dikumpulkan ?

Berikut adalah beberapa kemungkinan cara Anda dapat menggunakan polling untuk presentasi Anda dalam sesi kelas online, misalnya, yaitu :

  • Sebagai pemecah kebekuan (ice breaking) untuk menciptakan lingkungan kelas yang kondusif untuk pembelajaran aktif, misalnya Anda dapat menanyakan : “Manakah dari jalur karier berikut ini yang menjadi pilihan utama Anda saat ini ?
  • Untuk mendapatkan umpan balik berdasarkan refleksi dari audiens Anda tentang apa yang membantu mereka untuk belajar secara lebih efektif, Anda dapat menanyakan, misalnya : “Manakah dari aktivitas berikut yang paling membantu Anda untuk mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk pelatihan ini ?

Polling (jajak pendapat) sederhana dapat digunakan di awal, akhir, atau di titik tertentu selama presentasi Anda untuk melibatkan dan menilai audiens Anda.

Teknik # 2 : Small Group Discussions

Small Group Discussions (diskusi kelompok kecil) adalah satu cara yang ditujukan untuk audiens Anda untuk mempelajari lebih dalam mengenai masalah atau isu tertentu. Anda dapat mengajukan pertanyaan atau masalah terbuka, atau memberikan audiens Anda sebuah studi kasus tertentu untuk diselesaikan.

Durasi yang Anda berikan kepada diskusi kelompok kecil tersebut bergantung pada kompleksitas tugasnya. Anda kemudian dapat meminta kelompok yang ada untuk mempresentasikan hasil atau temuan mereka kepada seluruh kelas.

Refleksikan tujuan pembelajaran yang paling bermanfaat dari diskusi kelompok kecil. Dari tujuan pembelajaran ini, kembangkan dorongan diskusi yang akan Anda berikan kepada audiens  Anda. Sebagai contoh, Anda dapat mengajukan pertanyaan : “Seberapa baik data yang ditunjukkan pada gambar pada slide 5 yang mendukung klaim penulis ?

Saat menugaskan diskusi kelompok kecil, pastikan Anda untuk menyertakan petunjuk yang jelas tentang apa yang harus dilakukan audiens Anda. Contohnya termasuk :

  • Berapa banyak audiens yang terlibat setiap kelompok ?
  • Berapa banyak waktu yang mereka miliki untuk berdiskusi ?
  • Apa yang perlu mereka laporkan kembali ke kelas dan berapa banyak waktu yang mereka miliki untuk melakukannya ?
  • Mematuhi pedoman diskusi yang disepakati.

Karena audiens Anda melakukan diskusi ini sepenuhnya secara online, misalnya, maka yang terbaik adalah tidak memiliki terlalu banyak peserta di setiap kelompok. Tiga sampai empat orang peserta per kelompok untuk diskusi kelompok kecil selama 10 menit memungkinkan setiap peserta untuk berkontribusi secara substansial pada diskusi.

Untuk membantu memfasilitasi diskusi kelompok kecil dan memastikan bahwa semua peserta terlibat, maka sebaiknya Anda meminta peserta untuk membagi peran sebagai berikut :

  • Fasilitator dan Pencatat waktu — untuk menjaga agar diskusi tetap fokus pada tugas yang diberikan.
  • Pencatat — untuk mencatat pokok-pokok diskusi pada dokumen kolaboratif seperti Google Docs atau Slides.
  • Challenger — untuk mendorong peserta kelompok untuk melihat masalah atau isu dari perspektif yang berbeda.
  • Reporter — untuk melaporkan poin-poin utama dari diskusi untuk disampaikan kepada  seluruh kelas.

Teknik # 3 : Short Presentations

Short Presentations (presentasi singkat) memberikan kesempatan bagi audiens Anda untuk terlibat dalam presentasi Anda. Teknik ini dapat Anda gunakan untuk mengajak audiens Anda untuk mensintesis dan mengkomunikasikan pengetahuan mereka.

Audiens Anda dapat diminta untuk menyampaikan penerapan dari materi yang Anda sampaikan melalui presentasi di depan kelas tatap muka atau melalui online apabila Anda mengadakan presentasi daring.  Hal ini memungkinkan audiens Anda untuk menghubungkan materi yang Anda berikan dengan minat dan pengalaman hidup mereka sendiri. Dan audiens Anda dapat belajar dari rekan-rekan mereka sendiri.

Anda dapat memberikan tugas kepada audiens presentasi Anda dengan waktu yang cukup bagi mereka untuk mempersiapkan presentasi mereka. Misalnya, ketika Anda memberikan kelas online selama 2 hari dan Anda menjelaskan materi pada hari pertama, maka pada hari berikutnya pada sesi terakhir Anda dapat meminta audiens Anda untuk memberikan presentasi selama 5-10 menit terhadap penerapan materi yang Anda berikan.

Untuk mendapatkan pemahaman yang baik bagi audiens presentasi Anda, maka setelah mereka memberikan presentasi Anda dapat memberikan umpan balik terhadap apa yang mereka presentasikan.

Demikianlah, tiga teknik tambahan yaitu polling, small group discussions, dan short presentations yang dapat Anda gunakan untuk merubah audiens presentasi yang cenderung pasif menjadi aktif.

Dengan menggunakan teknik ini, maka Anda dapat membantu mencairkan suasana dan membuat audiens Anda menjadi lebih berani, dan siap untuk bertanya dan menjawab.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.