Pendahuluan
Mari kita bayangkan sejenak. Di tengah banjirnya data dan informasi, seorang analis kebijakan berusaha keras untuk menggali makna yang tersembunyi di balik angka dan argumen yang solid. Namun, kini ada alat baru yang berpotensi mengubah permainan, yaitu : teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). Dengan kemampuan untuk menganalisis data dalam waktu yang cepat, maka AI tidak hanya membantu manusia, tetapi juga berpotensi merombak cara kita memahami dan melakukan analisis kebijakan publik.
Terkait dengan hal tersebut, maka tulisan ini yang mengambil inspirasi dari artikel jurnal yang berjudul “The End of the Policy Analyst? Testing the Capability of Artificial Intelligence to Generate Plausible, Persuasive, and Useful Policy Analysis”, yang ditulis oleh Mehrdad Safaei dari Canada School of Public Service dan Justin Longo dari Johnson Shoyama Graduate School of Public Policy, University of Regina, Canada yang diterbitkan di jurnal Digital Government: Research and Practice pada Maret 2024 berupaya untuk menjelaskan perubahan cara kerja analis kebijakan. Mari kita telusuri bagaimana kolaborasi antara manusia dan teknologi ini bisa menjadi sinergi yang lebih cerdas dan efektif dalam melakukan analisis kebijakan.
Meningkatkan Efisiensi dengan Pemrosesan AI
Analisis kebijakan, mulai dari mengumpulkan data hingga memberikan saran kebijakan, merupakan pekerjaan yang penuh tantangan. Di sinilah AI berperan dengan berbagai kemampuannya. Contohnya, algoritma AI yang memanfaatkan natural language processing (NLP) dapat dengan cepat menemukan tren dan pola dari ratusan laporan, artikel, dan data statistik. Saat pemerintah berencana menerapkan pajak karbon, maka AI dapat menganalisis data lampau dan memberikan insight dalam hitungan detik, sehingga analis kebijakan manusia dapat berfokus pada konteks yang lebih luas dan strategi yang relevan.
Pembuatan catatan pengarahan (briefing note) dengan algoritma GPT-2 merupakan ilustrasi nyata dari kemajuan teknologi ini. Pengumpulan dan pembersihan data untuk melatih algoritma ini memakan waktu hampir sebulan penuh, dengan seorang penulis utama yang mendedikasikan waktu penuh untuk membuat dataset yang diperlukan. Proses pengujian dan penyempurnaan algoritma juga sangat teknis dan memakan waktu. Akan tetapi, setelah model dilatih, maka AI mampu menghasilkan catatan pengarahan hanya dalam waktu sekitar delapan detik per catatan.
Kecepatan ini mengindikasikan bahwa AI memiliki potensi untuk meningkatkan efisiensi dalam proses analisis kebijakan. Dalam riset ini, tidak ada biaya langsung yang dikeluarkan untuk pelatihan dan pembuatan catatan pengarahan, karena sumber materi diperoleh secara gratis, dan mahasiswa berpartisipasi sebagai sukarelawan. Namun, hanya satu mahasiswa yang menyelesaikan tugas yang menerima honorarium sebesar 250 dollar Kanada. Alat pelatihan gratis seperti Google Collaboratory digunakan untuk melatih dan menghasilkan catatan pengarahan.
Tantangan dalam Implementasi AI dan Evaluasi Hasil
Meskipun demikian, membangun sistem AI di pemerintahan untuk membuat catatan pengarahan memerlukan investasi yang signifikan baik dari segi waktu maupun sumber daya. Tahap awal melibatkan penentuan kebutuhan dan persyaratan sistem yang spesifik, seperti jenis catatan pengarahan yang akan dibuat, tingkat detail yang dibutuhkan, dan data masukan yang diperlukan. Selanjutnya, perlu dibentuk tim ahli di bidang AI, NLP, dan analisis kebijakan untuk mengembangkan dan melatih algoritma AI tersebut. Proses pengembangan ini harus melalui pengujian dan penyempurnaan yang mendalam untuk memastikan bahwa catatan pengarahan yang dihasilkan memenuhi standar akurasi, relevansi, dan kejelasan.
Evaluasi terhadap catatan pengarahan yang dibuat oleh model AI menunjukkan bahwa tidak semuanya memenuhi standar kelayakan yang diharapkan. Catatan pengarahan tentang “pajak karbon” memperoleh skor rata-rata 40%, sedangkan untuk “COVID-19” hanya 34%. Hasil ini mengindikasikan bahwa pada tahap ini, penilaian oleh delapan anggota panelis terhadap hasil catatan pengarahan yang dihasilkan oleh Artificial Intelligence Policy Analysis (AIPA) belum mencapai tingkat kelayakan yang diterima, yaitu sebesar 50%. Hanya dua panelis yang memberikan skor yang dapat diterima pada catatan pengarahan “pajak karbon”, yaitu sebesar 53% dan 64%. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun AI menawarkan potensi yang menjanjikan, analis kebijakan manusia tetap sangat penting untuk memberikan konteks dan kreativitas yang tidak dapat ditawarkan oleh algoritma AI.
Model Intelligence Augmented Policy Analysis (IAPA): Menggabungkan Kekuatan Manusia dan AI
Lebih jauh, kerja sama antara manusia dan AI dalam analisis kebijakan dapat melahirkan pendekatan baru yang disebut Intelligence Augmented Policy Analysis (IAPA). Dalam model ini, analis kebijakan manusia memiliki dukungan dari AI yang membantu dalam pengumpulan dan sintesis data. Namun, keputusan akhir tetap berada di tangan analis kebijakan yang memahami konteks sosial, politik, dan hukum yang lebih luas, serta relevansi kebijakan. Hal ini memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan tidak hanya efektif secara teknis, tetapi juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang lebih luas.
Perkembangan teknologi AI memungkinkan pemanfaatan alat ini untuk memahami opini publik dengan lebih baik. Contohnya, AI dapat menganalisis sejumlah besar data dari media sosial untuk mengetahui tanggapan masyarakat terhadap kebijakan tertentu. Hal ini tidak hanya membantu dalam merancang kebijakan yang lebih responsif dan berdasarkan informasi, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada para pengambil keputusan di pemerintahan.
Namun, penting untuk diingat bahwa kolaborasi ini bukannya tanpa kendala. Ketergantungan penuh pada AI dalam analisis kebijakan dapat menimbulkan risiko, seperti data yang tidak akurat yang digunakan untuk melatih model dan bias pada hasilnya. Keberhasilan analisis kebijakan yang dihasilkan oleh AI juga dipengaruhi oleh keterbatasan yang ada, termasuk data yang mungkin tidak komprehensif atau tidak representatif, terutama dalam isu-isu yang rumit dan sensitif, seperti kesehatan masyarakat selama pandemi COVID-19.
Selain itu, penilaian yang lebih mendalam diperlukan untuk mengevaluasi kualitas catatan pengarahan yang dihasilkan oleh AI. Meskipun hasil AI dapat memberikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan awal, namun keputusan akhir harus tetap berada di tangan analis kebijakan manusia, yang dapat memahami nuansa dan kompleksitas yang mungkin tidak dapat ditangkap oleh algoritma.
Penutup
Melihat semua peluang dan kendala yang ada, jelas bahwa kerja sama antara manusia dan teknologi AI dapat memberikan bantuan yang tak ternilai dalam analisis kebijakan. Berkat kecepatan dan efisiensi yang ditawarkan oleh AI, maka analis kebijakan manusia dapat lebih berkonsentrasi pada strategi yang lebih mendalam dan relevan. Akan tetapi, kunci keberhasilan ini terletak pada bagaimana kita menerapkan AI dalam praktik sehari-hari. Perlu diingat bahwa teknologi AI dapat menjadi pelengkap yang bermanfaat untuk pekerjaan analisis kebijakan, namun analis kebijakan manusia harus tetap menjadi pusat dari proses tersebut.
Saatnya kita menyambut masa depan di mana manusia dan teknologi berkolaborasi untuk menghasilkan kebijakan yang lebih baik dan lebih responsif. Mari kita bergerak bersama-sama menuju perubahan besar dalam kebijakan berbasis data dan didukung oleh kecerdasan buatan! Mendorong program pendidikan kebijakan publik yang menggabungkan pelatihan keterampilan AI tidak hanya akan mempersiapkan generasi mendatang dengan alat yang mereka perlukan, tetapi juga membantu memastikan bahwa kita semua dapat mengambil bagian dalam proses pembuatan kebijakan yang lebih informatif dan transparan.
Akhir kata, mari kita sadari bahwa sinergi antara manusia dan AI, dengan keseimbangan yang tepat, dapat menghasilkan analisis kebijakan yang lebih baik—yang akan siap untuk mengatasi tantangan di masa depan. Saat ini, kita berada di ambang era baru dalam analisis kebijakan, dan dengan dukungan teknologi AI, kita bisa menghadapi masa depan dengan keyakinan yang lebih besar. Oleh karena itu, kita harus terus menggali potensi kolaborasi ini sambil mempertahankan nilai-nilai analisis kebijakan yang kuat, inklusif, dan responsif yang dapat mendengar dan memahami suara masyarakat.
Jika Anda merasa tulisan ini bermanfaat, maka jangan ragu untuk memberikan komentar dan membagikannya kepada teman-teman Anda agar mereka juga bisa mendapatkan manfaat dari postingan ini. Terima kasih atas dukungan Anda terhadap blog ini!
Sangat menarik untuk pembahasannya Pak.
Terimakasih
Sama2 Pak Wahyu.
AI luar biasa saat ini dapat membantu lebih banyak berbagai permasalahan manusia.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat Pak Rizki.