Blog Analisis Kebijakan + Manajemen Inovasi + Pengembangan Diri + Presentasi
Search

Panduan Analisis Kebijakan: 6 Model Yang Wajib Anda Ketahui

Dalam ranah kebijakan publik yang dinamis, analisis kebijakan berperan sebagai kompas untuk menavigasi kompleksitas masalah dan menemukan solusi yang tepat sasaran. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua persoalan kebijakan dapat ditangani dengan pendekatan yang sama.

Artikel ini hadir untuk mengupas enam model analisis kebijakan yang dapat Anda terapkan. Model pertama bersumber dari referensi yang dikeluarkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN, 2010, 2015, dan 2017), sementara model kedua hingga keenam diperoleh dari hasil pengalaman dalam melakukan analisis kebijakan. Selanjutnya, mari kita telaah satu per satu, mulai dari langkah-langkahnya, yang akan diperkaya dengan contoh konkret agar mudah dicerna.

Model pertama, “Beberapa Alternatif Kebijakan: Pilih yang Terbaik”. Model ini seperti  memilih hidangan di restoran. Kita disuguhkan beragam opsi, lalu kita menimbang-nimbang mana yang paling menggugah selera dan sesuai dengan preferensi kita. Penerapan model ini prosesnya diawali dengan menjabarkan masalah yang hendak dipecahkan. Langkah berikutnya adalah merumuskan sejumlah alternatif kebijakan, termasuk kebijakan yang sudah ada. Kemudian, dilakukan penilaian terhadap outcome dari berbagai alternatif kebijakan berdasarkan kriteria tertentu, dengan memanfaatkan tools seperti Grid Analysis atau Analytical Hierarchy Process (AHP). Berdasarkan penilaian outcome tersebut, disampaikanlah rekomendasi kebijakan terpilih beserta langkah-langkah implementasinya.

Untuk memperjelas, ambil contoh, banjir yang kerap melanda sebuah kota menjadi masalah yang ingin dituntaskan. Setelah masalah diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah merumuskan beberapa alternatif kebijakan, seperti pembangunan tanggul, pembenahan sistem drainase, dan pembuatan waduk. Setiap alternatif ini kemudian dinilai berdasarkan kriteria seperti biaya, dampak sosial, dan keberlanjutan, dengan menggunakan tools seperti Grid Analysis atau AHP. Dari hasil penilaian tersebut, kebijakan terpilih direkomendasikan, misalnya pembangunan tanggul karena dinilai paling efektif, yang kemudian diikuti dengan langkah implementasinya, seperti kegiatan yang perlu dilakukan, pihak yang bertanggung jawab, dan jadwal pelaksanaannya.

Model kedua, “Kritik Kebijakan: Lihat yang Kurang, Perbaiki yang Perlu”. Model ini sangat tepat jika kita merasa ada kebijakan yang kurang optimal. Tahapannya dimulai dengan mengidentifikasi masalah kebijakan. Selanjutnya, kebijakan yang ada dipaparkan secara rinci. Kemudian, dilakukan kritik konstruktif terhadap kebijakan tersebut. Berdasarkan kritik tersebut, maka rekomendasi perbaikan kebijakan pun disampaikan.

Sebagai ilustrasi, masalahnya adalah rendahnya kemampuan riset dan inovasi vaksin dalam negeri. Kemudian, dijelaskan kebijakan yang ada untuk mengatasi masalah tersebut, misalnya regulasi yang mengoordinasikan berbagai aktor untuk melakukan pengembangan vaksin. Selanjutnya, kritik terhadap kebijakan tersebut diajukan, misalnya kebijakan tersebut hanya melibatkan aktor pengembang vaksin, belum melibatkan aktor nasional di level kebijakan dan aktor yang memanfaatkan hasil pengembangan vaksin, yaitu industri. Berdasarkan kritik tersebut, rekomendasi perbaikan kebijakan dilakukan dengan melibatkan berbagai aktor nasional terkait di tingkat kebijakan dan aktor pemanfaat, yaitu industri.

Model ketiga, “Perdebatan Kebijakan: Cari Titik Temu”. Model ini ideal untuk menjembatani perdebatan atau konflik terkait kebijakan. Alurnya dimulai dari masalah perdebatan kebijakan yang ingin dipecahkan. Sesudah itu, kebijakan yang ada dalam bentuk regulasi dijelaskan secara komprehensif. Kemudian, dilakukan analisis terhadap masalah berdasarkan regulasi yang ada. Berdasarkan analisis tersebut, disampaikanlah rekomendasi untuk mengatasi masalah yang dihadapi.

Sebagai contoh, masalahnya adalah perdebatan mengenai peran dari dua institusi yang mengklaim memiliki otoritas tertentu. Untuk mengatasi hal ini, diuraikanlah regulasi yang ada untuk menjawabnya. Kemudian, dilakukan analisis terhadap regulasi tersebut untuk menjawab masalah yang muncul dalam perdebatan tersebut. Berdasarkan analisis tersebut, disampaikan rekomendasi terhadap masalah tersebut.

Model keempat, “Respons Dampak Kebijakan: Tanggapi Dengan Kebijakan Terkait”. Model ini digunakan untuk merespons dampak dari sebuah kebijakan. Langkahnya dimulai dengan mengidentifikasi masalah akibat dampak sebuah kebijakan. Selanjutnya, dijelaskan kebijakan terkait untuk merespons masalah tersebut. Kemudian, dilakukan analisis dari kebijakan terkait, bagaimana transformasinya untuk mengatasi masalah dengan melakukan sintesis dari berbagai referensi (berita, kebijakan, data statistik, laporan kajian, buku, artikel ilmiah). Berdasarkan analisis tersebut, disarankan rekomendasi yang perlu diambil.

Misalnya, masalahnya adalah dampak kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat 2025 yang melemahkan industri berorientasi ekspor di Indonesia. Kemudian, dijelaskan kebijakan terkait, misalnya kebijakan riset dan inovasi untuk merespons masalah tersebut. Lalu, dilakukan analisis bagaimana transformasi kebijakan riset dan inovasi yang perlu dilakukan untuk merespons masalah tersebut. Kemudian, diakhiri dengan saran kebijakan yang perlu diambil.

Model kelima, “Perbandingan Data: Belajar dari yang Lain”. Model ini memanfaatkan data untuk membandingkan kondisi kita dengan negara lain. Model ini dimulai dari masalah kebijakan yang ingin diselesaikan. Selanjutnya, kebijakan yang ada dijelaskan. Lalu, analisis terhadap masalah dilakukan dengan menggunakan perbandingan data yang dikaitkan dengan kebijakan yang ada. Berdasarkan analisis ini, usulan rekomendasi disampaikan.

Sebagai gambaran, masalahnya adalah bagaimana meningkatkan kapasitas riset pangan Indonesia melalui kerja sama global. Lalu, dijelaskan kebijakan yang ada dalam bentuk program kerja sama luar negeri. Selanjutnya, dilakukan analisis dengan membandingkan data kapasitas riset pangan Indonesia dengan negara-negara lain. Dari perbandingan data tersebut, dapat diketahui negara-negara mana saja yang memiliki kapasitas riset pangan lebih baik dari Indonesia. Berdasarkan analisis ini, rekomendasi kebijakan yang disarankan adalah Indonesia perlu menjalin kerja sama luar negeri dengan negara yang memiliki kapasitas riset pangan lebih unggul untuk memberikan penguatan terhadap kebijakan yang ada.

Model keenam, “Gap Kondisi Kebijakan: Kejar Standar”. Model ini membandingkan kebijakan kita dengan standar kebijakan yang ditetapkan oleh lembaga internasional. Prosesnya dimulai dengan identifikasi masalah kebijakan. Selanjutnya, dijelaskan standar kebijakan yang diminta. Kemudian, dilakukan analisis gap antara kebijakan kita dan standar acuan kebijakan yang diminta. Berdasarkan analisis ini, rekomendasi perbaikannya disampaikan.

Sebagai contoh spesifik, masalahnya adalah bagaimana memenuhi kebijakan Indonesia terkait akses dan sharing data terhadap persyaratan kebijakan dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Selanjutnya, dijelaskan standar kebijakan terkait akses data yang diminta OECD. Lalu, dilakukan analisis gap antara kebijakan Indonesia dengan standar kebijakan yang diminta oleh OECD terkait dengan akses data. Berdasarkan analisis ini, rekomendasi perbaikannya disampaikan.

Sebagai penutup, itulah enam model analisis kebijakan yang dapat Anda gunakan untuk memahami dan memberikan masukan kepada pengambil kebijakan. Ingat, setiap model memiliki keunikannya sendiri, tergantung pada konteks masalahnya. Dan, kebijakan bukanlah sesuatu yang kaku dan tidak dapat diubah.

Intinya, analisis kebijakan bukan sekadar tentang angka dan data. Ini adalah seni memahami masalah, mengeksplorasi solusi, dan membuat keputusan yang berdampak nyata bagi target penerima kebijakan. Dengan analisis kebijakan yang tepat, maka kita dapat merumuskan kebijakan yang lebih baik dan bermanfaat bagi semua.

Jika Anda merasa tulisan ini bermanfaat, maka jangan ragu untuk memberikan komentar dan membagikannya kepada teman-teman Anda agar mereka juga bisa mendapatkan manfaat dari postingan ini. Terima kasih atas dukungan Anda terhadap blog ini!

5 thoughts on “Panduan Analisis Kebijakan: 6 Model Yang Wajib Anda Ketahui”

  1. mantaf pak Erry , “Intinya, analisis kebijakan bukan sekadar tentang angka dan data” . tentunya informasi dan data yang up date dan valid, sehingga dapat memberikan rekomendasi atau alternatif solusi yang berdampak nyata bagi target penerima kebijakan. Terima kasih pak Erry sharing tulisannya.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top