Blog Analisis Kebijakan + Manajemen Inovasi + Pengembangan Diri + Presentasi
Search

Ada Masalah Ada Akar Masalah, Penentu Kebijakan Perlu Mengetahuinya

Masalah yang disampaikan dengan benar akan menjawab separuh persoalan, kata filsuf Amerika, John Dewey. Pernyataan ini dipertegas oleh fisikawan Albert Einstein, yang pernah mengatakan bahwa jika ia diberikan waktu satu jam untuk menyelamatkan dunia, maka ia akan menggunakan 55 menit untuk merumuskan masalah dan hanya 5 menit untuk mencari solusinya.

Dari kedua tokoh ini, kita belajar bahwa kemampuan untuk merumuskan dan menetapkan masalah adalah langkah awal menuju keberhasilan. Tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang harus dipecahkan, maka tindakan dan keputusan yang diambil mungkin tidak akan menghasilkan solusi yang efektif dan efisien. Inilah mengapa penentu kebijakan publik perlu memahami dengan tepat apa yang menjadi masalah, termasuk akar permasalahannya, sebelum bergerak maju dengan segala tindakan yang akan diambil.

Bardach dan Patashnik (2024) menjelaskan bahwa definisi masalah kebijakan merupakan langkah yang krusial yang pertama kali perlu dilakukan. Langkah ini memberikan Anda alasan untuk melakukan analisis kebijakan dan memberikan arah untuk aktivitas pengumpulan bukti.

Tetapi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan masalah kebijakan? Kata “masalah” menyiratkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres, bahwa kondisi saat ini—status quo—tidak seperti seharusnya (Linquiti, 2023). Misalnya, pencemaran sungai akibat limbah industri di suatu kawasan industri masih tinggi.

Setiap pernyataan tentang masalah kebijakan yang masuk akal terdiri dari dua elemen. Elemen pertama, pernyataan deskriptif tentang kondisi “sekarang” (as-is). Terkait pencemaran sungai, kondisi “sekarang” mungkin dicirikan oleh tingkat kandungan polutan dalam air (misalnya, logam berat, bahan kimia organik), jumlah titik pembuangan limbah ilegal, dan luasan sungai yang terdampak pencemaran.

Namun, pernyataan deskriptif tentang status quo saja tidak cukup untuk sepenuhnya mendefinisikan masalah kebijakan. Kita membutuhkan elemen kedua, yaitu : kondisi “seharusnya” (to-be) yang bersifat normatif. Elemen ini melibatkan penilaian nilai, bukan tentang seperti apa tingkat pencemaran sungai saat ini, tetapi seperti apa seharusnya. Pencemaran sungai akibat limbah industri menjadi masalah kebijakan jika kita menganggap bahwa masyarakat berhak atas lingkungan yang sehat dan terbebas dari ancaman pencemaran. Jika kita menganggap status quo dapat diterima, maka kita tidak memiliki masalah kebijakan.

Jadi, masalah kebijakan muncul ketika ada kesenjangan antara kondisi “sekarang” dan kondisi “seharusnya” yang kita yakini seharusnya ada di masa depan (Linquiti, 2023). Kesenjangan ini dapat berupa berbagai bentuk. Status quo mungkin mengerikan, tetapi kita dapat membayangkan memperbaiki fitur-fiturnya yang terburuk meskipun kita tidak dapat membayangkan untuk mencapai kondisi “seharusnya” yang bebas masalah. Atau, status quo mungkin berjalan cukup baik, tetapi peluang untuk perbaikan lebih lanjut mungkin mudah dijangkau.

Selanjutnya, penting untuk menggali akar masalah. Untuk menggali akar masalah, kita perlu menanyakan, mengapa masalah ini terjadi? Mengidentifikasi penyebab yang mendasari suatu masalah meningkatkan kemungkinan kita untuk menemukan solusi yang tepat.

LAN (2017) menjelaskan metode untuk melakukan analisis terhadap masalah untuk mendapatkan akar masalah. Metode yang dapat digunakan adalah analisis pohon masalah, analisis tulang ikan, five why approach. Selain itu, bisa juga menggunakan analisis kualitatif─analisis yang dilakukan dengan cara menguraikan secara logis dan sistematis masalah yang dihadapi. Untuk melakukan analisis kualitatif, bisa menggunakan banyak alat misalnya apakah melalui survey, focused group discussions (FGD), atau wawancara mendalam. Dalam melakukan analisis kualitatif tersebut, maka mengidentifikasi dan menganalisis kepentingan berbagai pihak yang terlibat atau terpengaruh oleh masalah tersebut merupakan hal yang dapat dilakukan untuk mengetahui akar masalahnya.

Menggunakan metode-metode itu secara bersamaan merupakan pendekatan yang baik. Tujuan dari penggunaan pendekatan tersebut secara bersama-sama adalah agar masing-masing metode itu bisa saling melengkapi. Sebagai sebuah alat, tentu metode-metode itu memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan penggunaan secara bersama-sama diharapkan kelebihan dari masing-masing metode akan muncul dan kelemahan dapat saling mengeliminasi.

Memahami akar masalah sangat penting untuk memastikan kita tidak hanya menyelesaikan gejalanya, tetapi juga mengatasi penyebab yang mendasarinya. Ambil contoh rendahnya minat baca di kalangan anak muda. Apakah rendahnya minat baca ini disebabkan oleh kurangnya akses buku, kurangnya program literasi, kurangnya peran orang tua dalam menanamkan minat baca, atau kurangnya daya tarik bahan bacaan? Penentuan penyebab masalah rendahnya minat baca akan menentukan bagaimana kita meningkatkannya. Kebijakan, otoritas, dan anggaran akan ditentukan oleh pilihan penyebab masalah tersebut. Jika kita memilih kurangnya akses buku sebagai penyebab masalah, maka kebijakan yang kita ambil adalah peningkatan jumlah perpustakaan dan penyediaan buku bacaan. Jika penyebabnya adalah kurangnya program literasi, maka solusinya adalah pengembangan program literasi yang menarik dan inovatif.

Contoh lain, jika masalah yang kita temukan adalah kekeringan yang menyebabkan tanaman pertanian rusak. Kita akan menghadapi berbagai pilihan penyebab: berkurangnya curah hujan atau hutan di sekitarnya yang gundul? Jika curah hujan berkurang, maka solusinya adalah penampungan air. Jika karena hutan yang gundul, maka solusinya adalah rehabilitasi.

Sebagai penutup, merumuskan kebijakan yang efektif dimulai dengan mengidentifikasi akar masalah, bukan hanya gejalanya. Dengan memahami penyebab yang mendasari suatu masalah, maka kita dapat merancang solusi yang tepat sasaran dan berkelanjutan. Proses ini membutuhkan riset yang mendalam, analisis yang cermat, dan keberanian untuk menguji berbagai hipotesis. Jangan ragu untuk mencoba berbagai pendekatan seperti analisis pohon masalah, analisis tulang ikan, five why approach, dan analisis kualitatif untuk mengungkap akar permasalahan. Dengan demikian, kita dapat menciptakan kebijakan yang tidak hanya mengatasi masalah saat ini, tetapi juga mencegah munculnya masalah serupa di masa depan. Mari kita mulai menggali akar masalah dan membangun solusi yang lebih baik untuk masyarakat kita!

Kalau Anda merasa tulisan ini bermanfaat, maka jangan lupa tinggalkan komentar, ya! Dan jangan ragu untuk share ke teman-teman Anda agar mereka juga bisa belajar dari postingan ini. Terima kasih atas dukungan Anda untuk blog ini!

 

 

2 thoughts on “Ada Masalah Ada Akar Masalah, Penentu Kebijakan Perlu Mengetahuinya”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top