Satu Cara Jitu Menghadapi Audiens Yang Tidak Tertarik Dengan Topik Presentasi Anda

Presentasi adalah sebuah aktifivitas dimana kita berbicara di hadapan banyak orang. Presentasi merupakan salah satu kegiatan yang berfungsi untuk memaparkan suatu  pendapat atau hasil kerja kepada orang lain. Adapun tujuan dari presentasi adalah untuk memberikan informasi atau meyakinkan audiens.

Efektifnya sebuah presentasi sangat ditentukan oleh kemampuan presenter untuk menyampaikannya kepada para audiens.

Namun, adakalanya presentasi yang kita sampaikan tidak membuat audiens tertarik dengan topik yang kita sampaikan.

Pernahkah Anda mengalami kondisi seperti itu ?

Mungkin Anda sebagai dosen harus menyampaikan topik yang kurang diminati atau sebagai trainer Anda harus menyampaikan sebuah training di depan karyawan yang hadir hanya karena diwajibkan oleh bos nya.

Hal tersebut adalah situasi yang menantang dalam menyampaikan presentasi.

Pertanyaannya adalah bagaimana cara menghadapinya ?

Pranata (2015) menjelaskan bahwa cara menghadapinya adalah mulailah dengan mengapa (start with why).

Kebanyakan audiens tidak tertarik pada sebuah topik, karena mereka tidak bisa melihat pentingnya topik yang Anda bawakan. Mereka tidak memahami bagaimana topik tersebut dapat membawa manfaat bagi kehidupan mereka sendiri.

Misalnya, Anda berbicara tentang kemampuan presentasi. Jika audiens Anda belum dapat melihat pentingnya memiliki kemampuan presentasi bagi mereka, maka presentasi Anda tidak akan membuat mereka tertarik dengan apa yang Anda sampaikan.

Apalagi, ketika Anda langsung berbicara mengenai cara-cara (how to) terkait topik tersebut tanpa menyampaikan pentingnya memiliki kemampuan presentasi, maka audiens Anda tetap tidak akan tergugah hatinya dan menganggap hal yang Anda utarakan tidak menarik.

Lubis (2019) mengatakan bahwa menghadirkan why dalam presentasi harus dilakukan oleh presenters sebelum mereka menjelaskan apa yang harus dipahami atau dilakukan oleh audiens mereka.

Why adalah bagian pembuka dari presentasi Anda. Elemen tersebut akan menentukan apakah audiens Anda akan tetap duduk dan asyik menikmati paparan Anda atau mengalihkan fokusnya kepada hal yang lainnya. Audiens Anda berpaling dari presentasi Anda lantaran mereka tidak merasa ada hal penting yang perlu diperhatikan dalam presentasi Anda.

Inti dari why ada dua. Pertama, membuat audiens gelisah. Kedua, membuat harapan untuk audiens.

Setelah audiens merasakan hal tersebut, maka mereka akan berpikir mengenai urgensi dari materi presentasi yang Anda sajikan. Buatlah mereka berkata dalam hati mereka, “Materi ini gue banget”.

Saat dalam benaknya muncul anggapan bahwa materi tersebut sangat penting bagi mereka, maka apa pun yang Anda sampaikan setelah itu akan relatif lebih mudah untuk diterima oleh mereka.

Mengapa hal itu dapat terjadi ?

Karena audiens Anda sudah mulai membuka hati mereka untuk menerima apa yang akan Anda jelaskan. Ketika hati mereka mulai terbuka, maka Anda dapat menyampaikan definisi,  prinsip-prinsip dan langkah kunci atau solusi dari pesan utama yang Anda kemukakan.

Oleh karena itu, dalam melakukan presentasi mulailah dengan mengapa. Anda harus dapat menunjukkan kepada audiens Anda akan pentingnya topik yang Anda sampaikan. Apa manfaatnya bagi kehidupan mereka atau apa yang akan terjadi jika mereka tidak mendengarkan presentasi Anda.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

Gunakan Teknik Think-Pair-Share Untuk Menghadapi Audiens Yang Pasif

Dalam presentasi, tentu Anda ingin presentasi Anda berlangsung secara lebih interaktif.

Namun, situasi yang terjadi bisa sebaliknya. Misalnya, Anda bertanya kepada audiens Anda dengan pertanyaan :“Apakah ada hal-hal yang ingin  ditanyakan ?”. Hasilnya, semua audiens Anda diam, hening, dan sepi. Tidak ada yang menjawab pertanyaan Anda.

Tentunya, sebagai presenter Anda ingin terjadi interaksi antara Anda dan audiens Anda. Sebuah presentasi dikatakan interaktif, jika audiens Anda merespons pertanyaan Anda dan ada pertanyaan yang diajukan oleh audiens Anda.

Tetapi, kenyataannya sering kali niat baik Anda tidak disambut oleh audiens Anda. Mereka tetap pasif dan tidak merespons apapun yang Anda sampaikan.

Berita baiknya, Anda dapat membuat audiens yang cenderung pasif menjadi lebih aktif dengan menggunakan Teknik Think-Pair-Share.

Teknik ini cukup sederhana untuk diterapkan dan hasilnya sangatlah efektif untuk merubah audiens yang pasif menjadi aktif.

Anda nanti bisa mengalami sendiri bagaimana pertanyaan dan jawaban dari audiens dengan mudah bermunculan, setelah Anda menerapkan teknik yang satu ini dalam presentasi Anda.

Ada tiga langkah yang dapat Anda terapkan.

Mari kita bahas satu per satu.

Langkah # 1 : Think

Anda meminta audiens secara individu memikirkan masalah atau pertanyaan yang Anda ajukan.

Dalam langkah ini, Anda dapat mengajukan satu masalah atau pertanyaan singkat kepada audiens Anda. Anda meminta audiens Anda untuk memikirkan masalah atau pertanyaan tersebut secara individu.

Langkah # 2 : Pair

Anda meminta audiens berpasangan untuk berdiskusi.

Setelah Anda meminta audiens untuk memikirkan masalah atau pertanyaan secara individu, maka Anda meminta mereka untuk mencari pasangan. Bisa juga Anda meminta mereka untuk berkelompok yang terdiri lebih dari 2 orang.

Setelah mereka mendapatkan pasangan, mintalah mereka untuk mendiskusikan masalah atau jawaban dari pertanyaan yang Anda sampaikan.

Langkah # 3 : Share

Anda meminta perwakilan dari pasangan untuk menyampaikan hasil diskusinya

Setelah Anda memberikan waktu diskusi yang cukup, sekarang Anda tinggal meminta perwakilan dari masing-masing pasangan/kelompok untuk menyampaikan hasil diskusi mereka. Minta mereka membagikan temuan atau takeaways mereka di depan anggota audiens lainnya.

Teknik Think-Pair-Share ini tidak hanya membuat audiens Anda bergerak dari pasif menjadi aktif, tetapi juga memberi audiens Anda waktu untuk memproses dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri terlebih dahulu dan memberi mereka kesempatan untuk berkonsultasi dan berkolaborasi dengan rekan mereka.

Jika Anda melakukan presentasi virtual, maka Anda dapat menggunakan fitur yang ada di aplikasi video konferensi. Dalam aplikasi Zoom, misalnya, Anda dapat menggunakan fitur breakout room untuk menerapkan Teknik Think-Pair-Share.

Breakout Room berfungsi dengan baik untuk berkolaborasi dan mendiskusikan topik tertentu dari presentasi yang Anda sampaikan. Setelah berdiskusi di Breakout Room, misalnya, satu anggota grup dapat membagikan temuan atau ide grupnya kepada peserta lainnya.

Demikianlah, Teknik Think-Pair-Share merupakan sebuah alat partisipasi yang kuat, karena tidak hanya mengubah audiens yang pasif menjadi aktif, tetapi juga meningkatkan kepercayaan audiens dalam menanggapi suatu masalah atau pertanyaan dengan melakukan kolaborasi dengan rekan mereka. Dan, ide yang lebih baik biasanya muncul sebagai hasil dari kerja sama banyak orang.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

Kekawatiran Dalam Presentasi : Sumber dan Cara Mengatasinya

Apakah ada cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kekawatiran ketika presentasi ?

Itu pertanyaan yang menarik untuk dibahas.

Grogi dalam presentasi itu merupakan suatu hal yang wajar. Bahkan, presenter kelas dunia pun seperti Steve Jobs yang penyampaian presentasinya sangat menarik dan inspiratif, juga mengalami grogi ketika presentasi.

Fakta ini menunjukan bahwa kita tidak sendiri mengalami kecemasan ketika presentasi.

Prof. Matt Abrahams yang mengajarkan Komunikasi Strategik pada Sekolah Pascasarjana Bisnis di Stanford University dan Keterampilan Presentasi untuk Program Studi Berkelanjutan di Stanford University mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan mengungkapkan 85% orang merasa gugup dalam berbicara. Dan sejujurnya, dia mengatakan bahwa 15% lainnya berbohong.

Tentu saja, kita harus mengatasi kekawatiran dalam presentasi. Kita harus mengelola kecemasan kita, sehingga kita dapat mencapai tujuan presentasi kita.

Kekawatiran sebenarnya membantu. Hal ini karena kekawatiran memberi energi pada kita dan membantu kita fokus. Kekawatiran memberitahu kita apa yang kita sampaikan dalam presentasi itu penting.

Tetapi, kita harus mengelolanya, bukannya grogi yang malah menekan kita. Mengelola kecemasan dalam presentasi tidak hanya membantu kita menjadi merasa lebih percaya diri, tetapi juga membantu audiens kita untuk mendapatkan pesan yang kita sampaikan.

Prof. Matt Abrahams dari Stanford University menjelaskan ada 3 sumber kekawatiran dalam presentasi dan cara mengatasinya.

Mari kita bahas satu persatu.

Sumber Kekawatiran dan Cara Mengatasi # 1 : Berasal dari Situasi

Sumber kekawatiran pertama adalah apa yang disebut dengan kecemasan yang berasal dari situasi. Kita gugup untuk berbicara, karena konteks atau situasi yang kita hadapi.

Misalnya, Anda sedang duduk dengan sekelompok teman dan Anda berbicara tentang beberapa topik yang menarik.

Namun, jika saya mendatangi Anda dan berkata oh permisi … kedengarannya sangat menarik. Saya punya waktu sekitar satu jam untuk memperkenalkan Anda. Maukah Anda berbicara selama lima menit di depan beberapa ratus orang untuk saya ? Pada saat itu, Anda mungkin menjadi sangat gugup.

Anda gugup, bukanlah karena topiknya. Anda gugup, karena tempat Anda melakukan presentasi. Para akademisi memberi tahu kita bahwa salah satu sumber kecemasan adalah situasinya dan mereka menyarankan bahwa alasan situasi membuat kita gugup adalah karena kita melihatnya sebagai performance yang kita lihat sebagai cara yang benar dan cara yang salah untuk menyampaikan ide kita.

Itulah mengapa mereka menyebutnya kekawatiran performance. Aktor dan penyanyi, mereka mengalami kecemasan performance, karena ada cara yang benar dalam berakting dan bernyanyi. Mereka kawatir melakukan kesalahan, karena cara yang mereka gunakan tidak tepat.

Hal yang menyenangkan tentang berbicara adalah tidak ada cara yang benar dan tidak ada cara yang salah. Yang ada adalah cara yang lebih baik dan cara yang lebih buruk. Tetapi, tidak ada satu cara yang benar.

Jadi yang ingin kita lakukan adalah melepaskan diri dari kekawatiran performance. Kita perlu keluar dari kekawatiran performance.

Kita harus melihat presentasi sebagai percakapan. Jadi, kita perlu melakukan pembingkaian ulang secara kognitif tentang presentasi.

Kebanyakan dari kita tidak gugup, ketika melakukan percakapan. Jadi, kita perlu membuat presentasi kita menjadi sebuah percakapan.

Bagaimana kita dapat melakukannya ?

Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan.

Pertama, berlatih secara percakapan saat Anda mempraktikkan presentasi. Tempatkan diri Anda dalam lingkungan fisik seperti yang Anda lakukan saat Anda melakukan percakapan. Lakukan di sekitar meja makan. Lakukan di sekitar meja kopi. Duduk dan bicarakan topik yang ingin Anda sampaikan.

Kedua, gunakan bahasa percakapan. Banyak pembicara yang merasa bahwa ketika berbicara mereka harus menggunakan bahasa yang formal. Misalnya, Anda mengatakan “seseorang harus mempertimbangkan akibatnya jika melakukan … “. Itu bukan cara kita berbicara dalam percakapan.

Sebaliknya, Anda dapat mengatakan “hal-hal seperti ini penting bagi Anda … “. Gunakan inclusive language seperti Anda atau Kita. Penggunaan kata-kata tersebut menunjukan bahwa Anda bercakap-cakap dengan audiens Anda.

Dan, cara terakhir, Anda dapat menggunakan pertanyaan. Anda bisa menggunakan pertanyaan retoris dimana Anda tidak mengharapkan jawaban. Dengan pertanyaan, Anda mengundang dialog dan percakapan merupakan sebuah dialog.

Sumber Kekawatiran dan Cara Mengatasi # 2 : Berasal dari Audiens

Sumber kekawatiran yang kedua berasal dari audiens. Mereka bervariasi dalam aspek pengetahuan  tentang topik Anda, posisi mereka atas diri Anda, dan hubungan mereka dengan orang lain yang ada di dalam ruangan presentasi. Hal itu yang membuat Anda gugup.

Teknik yang paling berhasil dan telah dipelajari lebih lama untuk mengatasi kekawatiran yang berasal dari audiens adalah dengan melakukan visualisasi.

Visualisasi adalah dimana Anda melihatnya dalam pikiran Anda. Anda tidak benar-benar melakukannya.

Sebelum presentasi, Anda dapat membayangkan bahwa Anda memberikan presentasi untuk membantu audiens Anda agar hidup mereka menjadi lebih berharga dan bermanfaat. Dengan membayangkan seperti itu untuk presentasi Anda, maka Anda akan merasa lebih nyaman dan tidak merasa cemas dalam presentasi Anda.  

Sumber Kekawatiran dan Cara Mengatasi # 3 : Berasal dari Tujuan

Sumber kekawatiran yang ketiga berasal dari ketakutan yang muncul dari tujuan yang ingin dicapai oleh presentasi Anda.

Tujuan itu, misalnya, untuk mengkomunikasikan ide untuk memotivasi audiens agar tidak dipecat dengan melakukan suatu upaya untuk mendapatkan nilai kinerja yang baik. Perhatikan bahwa tujuan itu menurut definisinya terfokus pada masa depan. Perhatian pada masa depan itulah yang membuat Anda gugup.

Karena itu, untuk mengatasi kekawatiran yang berasal dari tujuan, maka Anda perlu merubah orientasi. Ubahlah orientasi Anda menjadi saat ini. Jika Anda berorientasi pada saat ini, maka Anda tidak peduli tentang konsekuensi masa depan.

Untuk merubah orientasi Anda menjadi saat ini, maka Anda bisa melakukan hal-hal sederhana. Misalnya, melakukan hitung mundur dengan mengatakan dalam hati dari angka 100 sampai angka tertentu (misalnya 70). Itu akan membawa Anda pada orientasi saat ini.

Prof. Matt Abrahams juga menyarankan untuk melakukan tongue twister. Tongue twister adalah serangkaian kata atau kalimat yang memiliki bentuk dan pengucapan yang hampir sama. Biasanya, tongue twister bisa berisi kata-kata bermakna yang berbeda, tetapi susunan hurufnya nyaris sama. Anda dapat mengatakan : “I slit a sheet.  A sheet I slit.  And, on that slitted sheet, I sit”.

Selain tongue twister akan membantu untuk menyiapkan suara Anda, tounge twister juga membantu Anda menjadi berorientasi pada saat ini, sehingga Anda tidak terlalu khawatir tentang konsekuensi dari tujuan presentasi Anda.

Keuntungan lain dengan melakukan tongue twister adalah Anda melakukan verbalisasi. Presenter yang gugup sering tidak berlatih dengan keras. Mereka berlatih di kepala mereka. Tounge twister tidak hanya dapat menghangatkan suara Anda, tetapi juga membuat Anda berbicara secara verbal yang dapat mengatasi kekawatiran yang berasal dari tujuan yang membuat Anda menjadi berorientasi pada saat ini.

Demikianlah, sumber kekawatiran dalam presentasi dan cara mengatasinya.

Pertama, kekawatiran yang bersumber dari situasi yang mana Anda dapat membingkai ulang situasi presentasi yang bersifat performance menjadi presentasi yang bersifat percakapan.

Kedua, kekawatiran yang berasal dari audiens yang mana Anda dapat melakukan visualisasi dari presentasi Anda dengan membayangkan bahwa apa yang Anda sampaikan sangat bermanfaat untuk mengubah hidup audiens Anda menjadi lebih baik.

Ketiga, kekawatiran yang berasal dari tujuan yang mana Anda dapat merubah orientasi masa depan menjadi orientasi saat ini dengan melakukan penghitungan mundur dalam hari dari angka 100 menjadi 70 dan tounge twister dengan mengatakan “I slit a sheet.  A sheet I slit.  And, on that slitted sheet, I sit.”

Gunakan teknik-teknik tersebut untuk mengelola kecemasan Anda pada presentasi selanjutnya ketika Anda mengalami grogi.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

 

Dua Tips Yang Dapat Anda Gunakan Ketika Anda Blank Pada Saat Presentasi

Apakah Anda pernah mengalami sebuah situasi ketika di tengah-tengah presentasi yang berjalan dengan baik tiba-tiba pikiran Anda benar-benar kosong tentang bagian selanjutnya dari presentasi Anda ?

Pada waktu itu saat Anda berdiri disana dan mencoba mengingat apa yang akan Anda katakan selanjutnya, Anda merasakan kesenyapan dan kekikukan muncul di dalam ruangan.

Perasaan tersebut benar-benar mencemaskan.

Bahkan, persiapan yang baik pun tidak menjamin bahwa Anda tidak akan melupakan point yang ingin Anda utarakan.

Tetapi, kabar baiknya bagi Anda, ada dua tips yang dapat Anda gunakan untuk menyelamatkan muka selama momen-momen menegangkan ketika pikiran Anda kosong (blank) pada saat presentasi.

Mari kita bahas satu per satu kedua tips tersebut.

Tips Penolong Pikiran Blank # 1 : Ajukan Pertanyaan Kepada Audiens Anda.

Bertanya terhadap apa yang sudah Anda sampaikan akan membantu Anda dalam menyegarkan ingatan Anda jika saja ada materi yang tiba-tiba terlupakan. 

Sebab dengan bertanya, maka secara tanpa sadar ada waktu dimana Anda dapat mengingat-ingat materi yang telah Anda persiapkan tanpa harus terlihat banyak berpikir.

Misalnya, “Apa yang tampaknya yang menjadi point terpenting dari yang kita bicarakan dari presentasi hari ini ?” Mendapatkan jawaban tersebut dari audiens Anda besar kemungkinan  akan membuat Anda kembali ke alur pembicaraan Anda.

Pertanyaan lain yang berhasil dengan baik meliputi :

  • “Bagaimana dampak dari point yang baru saja kita bahas terhadap Anda atau pekerjaan Anda?”
  • “Dalam point yang baru saja saya sampaikan, apa yang membuat Anda bersemangat atau khawatir?”
  • “Bisakah Anda membagikan contoh yang menggambarkan point yang baru saja saya jelaskan ?”

Tips Penolong Pikiran Blank # 2 : Siapkan Catatan Point-Point Penting Dari Presentasi Anda.

Catatan point-point penting dari presentasi Anda ibarat sebuah asuransi dalam presentasi Anda. Sesungguhnya, Anda tidak pernah tahu kapan Anda akan blank di tengah-tengah presentasi. Catatan yang telah Anda siapkan tersebut akan menjadi penolong bagi presentasi Anda.

Sehingga, ketika Anda lupa atau blank, maka Anda ambil jeda selama beberapa saat, bergerak menuju catatan anda, lihat dan baca catatan tersebut sebentar. Setelah itu, lanjutkan presentasi Anda seperti biasa.

Percayalah, audiens Anda tidak akan mengetahui jika pada saat itu Anda sebenarnya lupa akan isi presentasi Anda.

Demikianlah, dua tips yang dapat Anda gunakan ketika Anda blank pada saat presentasi.

Pertama, ajukan pertanyaan kepada audiens Anda.

Kedua, siapkan catatan point-point penting dari presentasi Anda.

Lupa point yang hendak Anda ucapkan dalam presentasi merupakan sesuatu hal yang dapat terjadi. Dan hal itu adalah sesuatu yang wajar. Itulah fakta hidup.

Ketika Anda berada di depan banyak orang dan Anda mencoba untuk memikirkan point Anda selanjutnya, maka bisa saja terjadi semua yang Anda bayangkan dalam pikiran Anda tidak ada. Jika Anda bertemu dengan kondisi tersebut, maka tindakan yang dapat Anda lakukan adalah terapkanlah tips di atas.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.

 

 

 

 

Pentingnya Smiling Voice Dalam Presentasi Anda dan Tips Untuk Melatihnya

Dalam presentasi, teknik penyampaian presentasi merupakan salah satu bagian yang krusial dan menentukan efektifitas presentasi Anda. Jika Anda tidak menguasainya, maka bisa jadi konten dan slide presentasi yang Anda siapkan menjadi sia-sia (Pranata, 2015).

Namun, jika Anda bisa menyampaikan presentasi dengan dinamis dan efektif, maka audiens Anda akan mampu menyerap informasi dengan baik dan mereka pun bisa menikmati jalannya presentasi yang Anda sampaikan.

Jika pada tahap pembuatan konten presentasi merupakan bentuk komunikasi verbal yang mencakup pemilihan dan penggunaan kata-kata, maka untuk teknik penyampaian presentasi lebih banyak berkaitan dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal terdiri dari dua komponen, yaitu visual (penampilan/apa yang tampak dari presenter) dan vokal (intonasi suara).

Dalam vokal, ada sebuah terminologi yang sangat penting, yaitu smiling voice. Yang artinya adalah suara yang tersenyum.

Smiling voice ini sangat penting untuk Anda munculkan saat Anda melakukan presentasi.

Ada dua alasan yang mendasari pentingnya perlunya Anda untuk memunculkan smiling voice dalam presentasi.

Pertama, smiling voice membantu menghubungkan Anda dengan audiens Anda.

Penelitian telah membuktikan bahwa manusia cenderung meniru ekspresi wajah satu sama lain. Satu studi dari ilmu psikologi menemukan bahwa peniruan ekspresi wajah satu sama lain dapat terjadi pada tingkat bawah sadar (Dimberg, Thunberg, Elmehed (2016)).

Dengan kata lain, jika Anda tersenyum pada audiens Anda, maka mereka mungkin akan tersenyum kembali pada Anda tanpa memikirnya. Hal itu karena kita biasanya ingin mengekspresikan kehangatan dan keterhubungan.

Jadi, ketika Anda berdiri untuk berbicara dan Anda tersenyum kepada audiens Anda, maka mereka mungkin akan balas tersenyum. Hal itu akan memulai koneksi bawah sadar. Dan hal itu akan menguntungkan Anda ketika Anda melakukan presentasi.

Kedua, smiling voice akan menenangkan pikiran Anda.

Seperti yang dijelaskan oleh (Dimberg, Thunberg, Elmehed, 2016) bahwa ketika Anda tersenyum kepada audiens Anda, maka kemungkinan besar mereka akan balas tersenyum kepada Anda. Manfaatnya adalah hal itu akan membuat Anda rileks.

Johnson (2022) mengutip ahli saraf Dr. Isha Gupta yang menjelaskan bahwa tindakan tersenyum memicu respons kimia berupa peningkatan dopamine dan serotonin di otak kita. Dopamin meningkatkan perasaan bahagia kita. Sementara itu, pelepasan serotonin dikaitkan dengan pengurangan stress.

Jadi, saat Anda tersenyum, maka otak Anda memproduksi bahan kimia yang memberi tahu Anda bahwa “saya menikmati ini dan saya baik-baik saja”. Pesan bagus tersebut akan berputar di otak Anda.

Kemudian, pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana Anda membiasakan smiling voice ini dalam presentasi Anda ?

Tentu saja Anda perlu melatihnya.

Untuk itu, ada dua tips yang perlu Anda lakukan. Pertama, gunakan rumus 2-2-7. Sudut bibir kiri dan kanan Anda lebarkan sejauh 2 cm dan tahan selama tujuh detik. Setelah itu, baru Anda bicara. Kedua, gigit pensil dan lakukan selama lima menit sambil Anda bicara. Awalnya Anda akan terasa pegal. Tetapi, ketika Anda sudah terbiasa, maka Anda bisa melakukannya secara otomatis. Akibatnya, Anda akan ingat smiling voice ketika presentasi.

Demikianlah, pentingnya smiling voice dalam presentasi Anda dan tips untuk melatihnya.

Smiling voice (suara yang tersenyum) sangat berguna untuk penyampaian presentasi Anda. Efeknya akan membantu menghubungkan Anda dengan audiens Anda dan akan membuat Anda rileks karena pikiran Anda tenang.

Agar smiling voice menjadi kebiasaan Anda dalam menyampaikan presentasi, maka Anda perlu terus melatihnya. Gunakan rumus 2-2-7 setelah itu baru Anda bicara. Selain itu, Anda bisa menggigit pensil dan lakukan selama lima menit sambil Anda bicara.

Jika postingan ini bermanfaat bagi Anda, maka jangan lupa berikan komentar pada postingan ini demi kelangsungan pengembangan blog ini. Selain itu, bagikan postingan ini ke kolega Anda agar kolega Anda dapat juga belajar dari postingan ini. Terima kasih atas bantuan yang telah Anda lakukan untuk menyebarkan postingan ini.